Mahasiswa Masa Kini Miris Dan Memprihatinkan | Dima Hafizul Ilmi



Berbicara mengenai mahasiswa, pasti semua orang sudah mengetahui siapa sih sebenarnya sosok orang yang berstatus sebagai mahasiswa itu..? apa sih arti mahasiswa itu ..?
Untuk menjawab pertanyaan yang tidak asing kita dengar di telinga, semua orang tentu sudah mengetahui tentang hal itu. Sudah pastilah mereka adalah kaum pemikir, intelektual, kritis, yang bertanggung jawab terhadap jalannya pemerintahan, pengantar bangsa kearah kemajuan atas keterpurukan, calon pemimpin pada masa depan, dan sebagainya.

Dalam sejarah perjalanan bangsa indonesia, tidak dapat kita pungkiri bahwa peran pemuda terlebih khusus adalah mahasiswa sangat penting dalam membebaskan masyarakat dalam cengkraman  kaum elite, mencerdasakan masyarakat dan mengabdi kepada masyarakat untuk  dan membantu masyarakat untuk melawan kaum kapitalis yang tidak bermoral.
Jika sekarang masih juga ada yang bertanya-tanya tentang apa itu mahasiswa…? 
Pastilah semua orang mengatakan bahwa mahasiswa adalah orang yang mempunyai predikat tertinggi setelah pelajar (siswa). Ada juga yang mengatakan orang yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Namun secara umum Mahasiswa, terdiri dari 2 kata yaitu maha yang berarti besar, dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran. Jadi menurut saya, mahasiswa adalah orang yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi, memiliki KTM, dan diakui oleh pemerintah serta mampu mencari ilmu sendiri karena sudah besar.

Mahasiswa tidak sama dengan siswa. Sebagai mahasiswa, sudah pastilah dituntut untuk lebih mandiri dan berbeda dengan mereka, yang bukan mahasiswa. Baik dalam dilingkungan kampus ataupun diluar lingkungan. Di lingkungan kampus misalnya dalam bidang akademis, seorang mahasiswa harus mampu menyelesaikan kontrak kuliahnya yang dikenal dengan istilah SKS (Sistem Kredit Semester). Tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh dosen, seorang mahasiswa harus mempunyai kesadaran sendiri untuk menambah wawasan untuk mata kuliah atau umum tanpa harus diperintah oleh dosen. 
Jadi, proses itu sendiri tidak hanya diterima di dalam ruangan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Aktif di organisasi internal kampus seperti BEM, HMJ/HIMA, LDK, MAPALA, DPM, UKM, dan yang lainnya, itu juga dapat menjadikan kita pribadi yang mandiri, dimana disana kita dapat menemukan masalah-masalah baru, teman baru (jejaring) dan kita harus mampu menyelesaikannya dengan cara yang dewasa. Di luar lingkungan kampus, misalnya di lingkungan tempat tinggal, kita bisa berperan aktif dengan masyarakat dan membantu mereka yang kurang memahami apa yang kita pahami. Kita bisa menjadi penghubung masyarakat dengan lembaga-lembaga yang dibutuhkan olehnya. Karena kita mengenal istilah Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satunya dalah pengabdian pada masyarakat.

Namun betapa mirisnya pada zaman sekarang dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat terasa perubahannya. Perkembangan itu yang membuat perubahan pada hampir semua bidang. Misalnya adanya alat komunikasi yang bisa mempermudah dalam berhubungan jarak jauh. Saat ini pun masih saja dikembangkan semaksimal mungkin guna memperoleh kemudahan di setiap pekerjaan.
Tak hanya pada alat komunikasi saja, bahkan pendidikan pun juga berkembang pesat. Salah satu faktornya adalah adanya teknologi. Pada zaman dahulu saat sebelum mengenal kecanggihan teknologi, semua peserta didik baik dari kalangan siswa maupun mahasiswa hanya mencatat pelajaran menggunakan alat tulis berupa buku saja. Sedangkan sekarang sudah mulai meninggalkan hal tersebut. Saat ini sudah beralih menggunakan gadget. dengan adanya teknologi  yang serba modern dan serba canggih, mengakibatkan arah pergerakan dan budaya mahasiswa yang seharusnya mampu bergerak di berbagai asfek baik asfek skill, keilmuan, leadership, pergerakan dan lain sebagainya. Namun fakta berbicara lain, dengan adanya teknologi yang semakin canggih tersebut,  malah menimbulkan permasalahan besar, yakni mahasiswa menjadi manja dan tidak mandiri.


Begitulah realitas yang terjadi saat ini, perkembangan zaman nampak mengikis kebudayaan kritis dan idealisme mahasiswa, yang makin hari makin mengalami kemunduran begitu pesat, banyak sekali mahasiswa jaman sekarang, lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk mabuk-mabukan, ngumpul tidak jelas, pacaran, bermain game online, sosial media tidak kenal waktu bahkan yang lebih parahnya lagi, mahasiswa yang memiliki pemikiran besar dan hebat malah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bercerita, ngopi bareng.

Terlebih parah lagi fenomena pada saat didalam kelas…! Kebanyakan mahasiswa sekarang menggunakan gadget mereka untuk memfoto semua materi yang dijelaskan di papan tulis dan bisa meminta file tentang mata kuliah yang sedang dilakukan. dan mereka pada saat berangkat dari rumah menuju kampus,  hanya membawa tas, buku tulis satu buah, dan hp pinter mereka untuk mencari segala macam materi dengan mengandalkan geogle tinggal mencari kata kunci di internet mereka akan menemukan segalanya yang dia butuhkan. Dengan begitu mereka tidak lagi membaca buku buku referensi di perpustakaan, bahkan hampir tidak pernah membeli buku selama berkuliah.

Saat waktunya mata kuliah dimulai mahasiswa zaman sekarang terkadang tidak mau memperhatikan dan tidak menghormati dosennya. Disinilah letak yang paling miris dan memprihatinkan, mengapa? Karena jaman sekarang banyak mahasiswa yang tidak terlalu peduli dengan apa yang dijelaskan oleh dosen mereka dengan asiknya memainkan gadget mereka, karena mereka menilai gadget merekalah yang lebih penting daripada dosennya. Bisa dikatakan banyak yang masuk di perkuliahan ini adalah orang yang hanya bermain-main dan hanya mencari jodoh semata dan tidak ingin menambah wawasan mereka demi masa depan yang cerah. Mereka hanya datang kekampus, kemudian ikut ngisi absen, ngerjakan tugas, kemudian pulang lalu nongkrong main game sambil ngopi, pas waktu ujian mereka ikut. Dengan harapan hanya ingin mendapatkan nilai IPK yang tinggi yang seolah menjadi dewa yang harus mereka puja penuh asa, hingga mereka lupa akan membela nasib kedepannya. 
Hal itu bisa menimbulkan sikap ego yang tinggi dalam meraup ilmu, menumbuhkan sikap apatis dari diri. Mahasiswa tipe ini yang biasa disebut dengan KUPU-KUPU (Kuliah-pulang-kuliah-pulang). Sangat disayangkan jika hal tersebut terus terjadi, mereka lebih banyak terduduk memikirkan teori tanpa peduli yang lainnya. Alhasil, hanya nilai A yang mereka raih, tanpa aksi nyata dalam realita.

      Tidak mengherankan bagi semua orang, dengan muncul berita dan kabar terbaru dari lembaga yang dirilis BPS, tingkat pengangguran cenderung turun. Namun untuk lulusan pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana), tingkat pengangguran justru meningkat.
Dalam data tersebut dituliskan penyebabnya, yaitu karena :
1. Skill yang dimiliki lulusan Diploma dan Sarjana gak dibutuhkan Industri 2. Mereka minta gaji ketinggian 3. Sedikit industri atau perusahaan yg mau memperkerjakan mereka.

Mari kita coba melakukan refleksi lebih dalam lagi.

Berdasarkan observasi dilapangan dengan data-data yang lengkap sejauh ini terhadap mahasiswa di berbagai bidang jurusan, kebanyakan mereka itu masih belum dewasa, masih seperti anak SMA yang belum paham makna tanggung jawab sebagai mahasiswa. Kuliah hanya ikut-ikut tren (teman) dan sekedar gaya-gayaan. Orientasi mereka, yang penting dapat ijazah dan nanti dapat gelar SARJANA padahal gak pernah berproses. Wisuda foto-foto lempar toga segala, merasa telah jadi sarjana, padahal selama kuliah 3-4 tahun tidak pernah apa-apa, dan tidak pernah membaca apa-apa. Yang mereka kuasai dalam belajar hanyalah smartphone nya atau skill paligiat menciplak karya orang lain dengan cara copy paste dari sumber internet ketika mengerjakan tugas. Skill itu tidak mungkin  dibutuhkan industri maupun lembaga lainnya.

         Karena pernah mendengar salah dari seorang manajer perusahaan (industri) tentang rekrutan baru dari sebuah PTN paling ternama di Indonesia. IPK nya tinggi, tapi tidak bisa disuruh buat laporan, tidak bisa disuruh mengoperasikan microsoft word, excel, power point, menginput data, memimpin rapat, mengetik surat, memberikan solusi,  dan bahkan tidak bisa berinteraksi dengan baik. Dan jika memberikan solusi juga terlalu klasik “common sense” misalnya : ketika melihat adanya masalah penurunan penjualan, solusinya kata mereka adalah harus inovasi. Sudah itu saja solusinya. Tidak tahu inovasi seperti apa? apa yang harus diinovasikan? bagaimana melakukannya?
Padahal dalam sebuah industri ataupun perusahaan butuh skill manajerial dari lulusan pendidikan tinggi. Diantara skill manajerial salah satunya  adalah problem-solving, mengerti "know-how". Skill tersebut bisa di dapat salah satu caranya adalah dengan membaca buku, mengikuti organisasi internal maupun ekternal kampus, mengikuti workshop, seminar dan lain sebagainya. pada masa sekarang yang diinginkan mereka dalam kegiatan seminar hanya ingin mendapatkan snack dan sertigikat saja dan tidak memperhatikan ilmu yang diberikan oleh pemateri.

Para mahasiswa, ayo berbenah diri. Masa depanmu itu ditanganmu sendiri. Jika ingin perubahan, rubahlah dulu diri sendiri. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sampai mereka merubah keadaan pada diri mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'd: 11)
Jadi kesimpulannya dari penulis buat teman-teman mahasiswa ataupun calon mahasiswa, janganlah pernah menyianyiakan waktu hanya untuk bersenang-senang saat berkuliah, mengapa? Karena apabila kuliah tidak dengan niat untuk menjadi orang yang sukses, kuliah kalian pun akan menjadi sia-sia. Kuliah itu tidak lama kok, paling Cuma 4-5 tahun, oleh karena Itulah manfaatkan waktu tersebut untuk mendapatkan ilmu dan keterampilan serta bakat yang bisa dikuasai sehingga bisa mengantarkan ke dunia pekerjaan, jika hanya fokus terhadap nilai IPK mungkin hanya dapat mengantarkan teman-teman ke panggilan wawancara saja, tetapi tidak bisa diandalkan dalam melaksanakan pekerjaan.

Oleh sebab itu saya menganjurkan kepada teman-teman untuk aktif dalam mencari ilmu baik diluar maupun didalam kampus yang bisa di dapatkan, karena dalam era globalisasi sekarang ini, kita di hadapkan oleh karekter yang bisa dalam sebagai bidang (multiskill), tidak hanya fokus pada jurusan saja. Percayalah...! ilmu di ruang kelas yang diberikan oleh dosen tidak cukup untuk mengantarkan kawan-kawan kedunia pekerjaan. Apalagi status kita sebagai mahasiswa yang tanggungjawabnya tentu lebih besar daripada anak-anak muda lainnya. Di Indonesia ada jutaan anak masuk SD, tapi hanya ratusan ribu yang hari ini bisa kuliah. Itu artinya Anda berbeda dengan yang lain. Anda adalah sekelompok anak-anak muda yang punya kesempatan, untuk mengembangkan diri, untuk maju, meraih masa depan bukan hanya untuk Anda sendiri tapi untuk kemajuan Republik, untuk kemajuan bangsa. 
Bagi teman-teman yang ingin belajar hanya di dalam kelas saja, maka Anda akan masuk golongan orang yang merugi. Karena di ujung masa kuliah Anda hanya akan keluar membawa selembar kertas bertuliskan transkrip atau selembar kertas ijazah. Masa depan tidak bisa dibuat atau dibangun hanya dengan selembar kertas itu.

Jadilah pegiat, jadilah anak-anak yang aktif. Saya sering mengatakan IP yang tinggi akan mengantarkan Anda pada panggilan wawancara, titik. akan tetapi ilmu Kepemimpinan, Kemampuan komunikasi dan Kemampuan analitik, Hal-hal inilah yang akan mengantarkan Anda ke masa depan. Kalau dulu SD ke SMP Anda perlu nilai tinggi, untuk masuk SMA Anda juga perlu nilai, dan sekarang dari SMA masuk di kampus Anda juga harus punya nilai yang tinggi. Sesudah Anda lulus kuliah, fase berikutnya Anda butuh lebih dari sekadar nilai. 

“Kuliah itu masa dan wadah untuk mengembangkan diri, setelah itu datang masa berkontribusi” (anies baswedan)
saya sampaikan buat kawan semua, semoga bermanfaat.
#hidupmahasiswa

Posting Komentar

0 Komentar