Cinta Harta | Mahdalina

CINTA HARTA
(MAHDALINA MAHASISWI  IAT SEMESTER V -FIAI-UNISI)


Harta bisa membuat orang bahagia dan juga bisa membuat orang sengsara, Harta bisa membuat orang bahgia, sebab pemiliknya telah mempergunakan harta tersebut dijalan yang baik seperti untuk bersedekah, untuk pergi haji atau umrah, untuk menyumbang ke yayasan dan lain sebahinya.
Rasulullah Saw. Telah bersabda dalm sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani yang artinya: “Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh seorang yang saleh” . Sebaliknya harta itu bisa menjadi malapetaka atau kesengsaraan, jika pemiliknya itu menggunakan hartanya untuk kejahtan dan kejelikan. Ia telah lupa bahwa harta yang telah ia miliki itu ada hak orang lain dan titipan dari Allah agar kita selalu menjaganya dan mempergunakan dengan baik dan benar.
Pada hakikatnya, harta itu adalah merupakan sebuah contoh bagi manusia, bagimana cara manusia itu mempergunakan harta mereka, apakah mereka terlena dibuatnya atau sebaliknya. Sebagimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalm firman-Nya surat At-Taghabun ayat 15-16 yang artinya: 
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalh cobaan (bagimu) dan di sisi Allah pahala yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dan dengarlah serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untukmu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Islam tidak melarang seseorang untuk mengumpulkan harta benda, namun Islam telah melarang penganutnya untuk mengumpulkan harta secara berlebih-lebihan yang menyebabkan ia lupa beribadah kepada Allah dan lali dalam melaksankan kewajibannya sebagi hamba Allah dan sebagi mahkluk sosial yang suatu saat pasti akan membutuhkan orang lain. Cinta akan harta itulah yang menyebabkan seseorang terus menerus mencari harta demi memenuhi kesenangan-kesenagan yang bersifat sementara dan berfoya-foya, sehingga ia enggan untuk menafkahkan hartanya untuk orang lain yang membutuhkannya. Padahal seandainya saja ia mau menafkahkan sebagian saja hartanya untuk orang lain, niscaya ia akan menjadi orang yang beruntung.
Saat bin Abi Waqash pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang hambanya yang bertakwa, kaya dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah SWT.” (HR Muslim).
Sebagi orang yang sadar bahwa iya sedang dalam perjalanan, maka ia mengumpulkan bekal secukupnya agar selamat sampai tujuan. Ia tidak membebani diri dengan mengangkut belak yang tak sanggup ia bawa. Ia bersihkan betul bekal-bekal tersebut agar yang ia bawa adalah bekal yang benar-benar bermanfaat. Begitu pula dengan harta. Ia pastikan harta yang ia miliki adalah harta yang bersih. Sebab kelak, seorang akan ditanya darimana ia mendaptkan harta dan untuk apa ia membelanjakannya.
Harta yang Allah berikan adalah sebagi karunia dan berkah yang besar untuk manusia. Karunia tersebut sengaja dibrikan kepada manusia untuk modal hidup. Bekerja, dan beribadah sebanyak-banyknya kepada Allah. Ukuran kesuksesan di sisi Allah bukanlah pada besarnya harta yang manusia miliki. Ukuran sukses di sisi Allah adalah pada bagaimana manusia mampu memberikan dan memanfaatkan apa yang dimilikinya, termasuk harta untuk tujuan akhirat, yaitu pahala yang sebanyak-banyaknya. 
Alangkah beruntungnya dan bersyukurnya jika manusia memiliki harta yang banyak dan dengan harta tersebut ia mampu  memberikan manfaat yang besar untuk ummat, untuk manusia lainnya, dari hal tesebut, akan muncul kebaikan-kebaikan lain. Membantu orang yang kesusahan, memberikan bantuan pada fakit miskin, mengeluarkan orang dari cobaan yang berat dengan hartanya tentunya adalah pahala tersendiri, wakaf dalam Islam, apalagi jika hal tersebut dilakukan ikhlas kepada Allah semata.
Hai orang-orang yang beriman, apabila dirikita mengiginkan keberuntungan, baik di dunia maupun diakhirat maka marilah kita suka bersedekah kepada orang lain. Jangan biarkan harta yang telah kita miliki ini menjadikan kita lalai dalam mengigiat Allah sehingga ia murka kepada kita.

Posting Komentar

0 Komentar