Hijab Membuat Wanita Berwibawa | Lusky Albela


Ada satu masalah ysng masih menjadi pembahasan, yakni sebuah kritik yang mereka lontarkan terhadap hijab yang menyatakan bahwa hijab mengabaikan kehormatan wanita. Anda tahu bahwa martabat manusia telah menjadi satu diantara tujuan yang penting bagi kemanusiaan sejak kata-kata hak-hak asasi manusia berkembang. Martabat manusia itu dihormati dan harus diikuti dan seluruh manusia mempunyai pendapat yang sama dalam hal ini, baik wanita atau pria, hitam atau putih, atau apa pun kebangsaannya atau kepercayaannya. Setiap peribadi manusia mempunyai hak atas martabat manusia.
Mereka mengatakan bahwa hijan bertentangan dengan martabat manusia. Pertanyaannya ialah apakah hijab menurut ajaran Islam tidak menghormati wanita dan menghina martabatnya? Pertanyaan ini muncul dari ide bahwa hijab memenjarakan dan memperbudak wanita. Perbudakan itu bertentangan dengan martabat manusia. Mereka berkata bahwa hijab diperkenalkan oleh kaum pria agar mereka mudah mengeksploitasi wanita. Kaum pria ingin menawan dan memenjarakan wanita di sudut rumahnya. Jadi hijab telah mengabaikan atau menghinakan martabat manusia. Kehormatan, kesucian, dan kemuliaan seorang wanita menghendaki agar wanita tidak mengenakan hijab.
Saya tak punya dalil yang menjelaskan bahwa hijab memenjarakan wanita dan kebutuhan akan hijab bukanlah untuk memenjarakan wanita. Jika pria mempunyai kewajiban sehubungan dengan pria, maka kewajiban tersebut dalam rangka memperkuat dan mengokohkan keluarga. Jadi kewajiban tersebut merupakan tujuan yang jelas. Kesejahteraan sebuah masyarakat menuntuk pria dan wanita untuk saling melakukan sendiri pergaulan khusus atau kesucian etika atau keseimbangan etika dan ketenangan masyarakat, mereka juga menuntut bahwa pria dan wanita saling memilih cara pergaulan tertentu. Hal ini tidak bisa disebut pemenjaraan atau perbudakan dan tidak bertentangan dengan martabat manusia.
Jika seorang pria meninggalkan rumahnya dengan telanjang, dia akan disalahkan dan dicela dan mungkin polisi akan menangkapnya. Bahkan jika seorang pria keluar dari rumahnya dengan mengenakan baju tidur atau hanya memakai celana dalam, setiap orang akan menghentikannya karena hal itu bertentangan dengan adat masyarakat. Hukum dan kebiasaan mengatur jika seorang pria keluar dari rumahnya dia harus tertutup dan mengenakan pakaian yang sopan. Jika kita meminta kepada pria itu agar dia berpakaian yang sopan ketika keluar dari rumahnya, apakah nasihat kita bertentangan dengan martabat manusia?
Sebaliknya, jika seorang wanita meninggalkan rumahnya dengan menutup tubuhnya dalam batas-batas yang akan saya jelaskan kemudian, maka tindakan itu akan menyebabkan dia menjadi sangat terhormat. Perbuatannya itu mencegah gangguan pria yang kurang sopan dan kurang berakhlak. Jika wanita keluar rumahnya dengan pakaian tertutup, bukan hanya tidak menurunkan martabat kemanusiaannya, namun bahkan meninggikannya. Misalnya wanita keluar rumah dengan hanya wajah dan kedua tangannya yang tampak dan dari perilaku dan pakaian yang dipakai tidak membuat orang lain terangsang atau tertarik kepadanya. Dia tidak mengundang pria kepada dirinya. Dia tidak mengenakan pakaian dan berbicara dengan gaya untuk menarik perhatian orang lain.
Cara berpakaian, bahkan sepatu, dan gaya bicar seseorang bisa sebagai cermin pribadinya. Misalnya seorang pria yang berbicara dengan gaya tertentu seakan ia ingin mengatakan, “Takutlah padaku,” atau berpakaian sedemikian rupa sehingga berbeda dari kebiasaan setempat. Dengan memakai jubah tradisional, jenggot, serban, dan lain sebagainya.

Posting Komentar

0 Komentar