Ada satu masalah ysng masih menjadi pembahasan, yakni
sebuah kritik yang mereka lontarkan terhadap hijab yang menyatakan bahwa hijab
mengabaikan kehormatan wanita. Anda tahu bahwa martabat manusia telah menjadi
satu diantara tujuan yang penting bagi kemanusiaan sejak kata-kata hak-hak
asasi manusia berkembang. Martabat manusia itu dihormati dan harus diikuti dan
seluruh manusia mempunyai pendapat yang sama dalam hal ini, baik wanita atau
pria, hitam atau putih, atau apa pun kebangsaannya atau kepercayaannya. Setiap peribadi
manusia mempunyai hak atas martabat manusia.
Mereka mengatakan bahwa hijan bertentangan dengan
martabat manusia. Pertanyaannya ialah apakah hijab menurut ajaran Islam tidak
menghormati wanita dan menghina martabatnya? Pertanyaan ini muncul dari ide
bahwa hijab memenjarakan dan memperbudak wanita. Perbudakan itu bertentangan
dengan martabat manusia. Mereka berkata bahwa hijab diperkenalkan oleh kaum
pria agar mereka mudah mengeksploitasi wanita. Kaum pria ingin menawan dan
memenjarakan wanita di sudut rumahnya. Jadi hijab telah mengabaikan atau
menghinakan martabat manusia. Kehormatan, kesucian, dan kemuliaan seorang
wanita menghendaki agar wanita tidak mengenakan hijab.
Saya tak punya dalil yang menjelaskan bahwa hijab
memenjarakan wanita dan kebutuhan akan hijab bukanlah untuk memenjarakan
wanita. Jika pria mempunyai kewajiban sehubungan dengan pria, maka kewajiban
tersebut dalam rangka memperkuat dan mengokohkan keluarga. Jadi kewajiban
tersebut merupakan tujuan yang jelas. Kesejahteraan sebuah masyarakat menuntuk
pria dan wanita untuk saling melakukan sendiri pergaulan khusus atau kesucian
etika atau keseimbangan etika dan ketenangan masyarakat, mereka juga menuntut
bahwa pria dan wanita saling memilih cara pergaulan tertentu. Hal ini tidak
bisa disebut pemenjaraan atau perbudakan dan tidak bertentangan dengan martabat
manusia.
Jika seorang pria meninggalkan rumahnya dengan telanjang,
dia akan disalahkan dan dicela dan mungkin polisi akan menangkapnya. Bahkan jika
seorang pria keluar dari rumahnya dengan mengenakan baju tidur atau hanya
memakai celana dalam, setiap orang akan menghentikannya karena hal itu
bertentangan dengan adat masyarakat. Hukum dan kebiasaan mengatur jika seorang
pria keluar dari rumahnya dia harus tertutup dan mengenakan pakaian yang sopan.
Jika kita meminta kepada pria itu agar dia berpakaian yang sopan ketika keluar
dari rumahnya, apakah nasihat kita bertentangan dengan martabat manusia?
Sebaliknya, jika seorang wanita meninggalkan rumahnya
dengan menutup tubuhnya dalam batas-batas yang akan saya jelaskan kemudian,
maka tindakan itu akan menyebabkan dia menjadi sangat terhormat. Perbuatannya itu
mencegah gangguan pria yang kurang sopan dan kurang berakhlak. Jika wanita
keluar rumahnya dengan pakaian tertutup, bukan hanya tidak menurunkan martabat
kemanusiaannya, namun bahkan meninggikannya. Misalnya wanita keluar rumah
dengan hanya wajah dan kedua tangannya yang tampak dan dari perilaku dan pakaian
yang dipakai tidak membuat orang lain terangsang atau tertarik kepadanya. Dia tidak
mengundang pria kepada dirinya. Dia tidak mengenakan pakaian dan berbicara
dengan gaya untuk menarik perhatian orang lain.
Cara berpakaian, bahkan sepatu, dan gaya bicar seseorang
bisa sebagai cermin pribadinya. Misalnya seorang pria yang berbicara dengan
gaya tertentu seakan ia ingin mengatakan, “Takutlah padaku,” atau berpakaian
sedemikian rupa sehingga berbeda dari kebiasaan setempat. Dengan memakai jubah tradisional,
jenggot, serban, dan lain sebagainya.
0 Komentar