Ketika kita hendak menginginkan sesuatu tapi belum terwujud, maka dengan mewujudkan keinginan tersebut harus ada tekad dan niat serta adanya ikhtiar. Bagaimana mungkin ingin memiliki sesuatu yang diinginkan tapi tidak ada ikhtiar, itu hal yang sangat tidak mungkin. Mengambil hikmah dari kisah Imam Malik dan Imam Syafi’i dalam persoalan rejeki, kedua-duanya pun sama-sama melakukan ikhtiar namun dengan cara yang berbeda. Pertama cara Imam Malik yakni dengan meningkatkan takwa, sebagaimana dengan sebenar-benarnya takwa, dan tidak perlu keluar untuk mencarinya. Kedua Imam Syafi’i yakni dengan cara ikhtiar, mencari keluar pergi keluar rumah.
Dapat disimpulkan bahwa ketika menginginkan sesuatu, cara yang tepat adalah berikhtiar. Yakni dengan berbagai cara pastinya dengan cara yang benar, yang perlu dilakukan. Mengenai ikhtiar yang sesungguhnya, bahwa segala sesuatu yang diusahakan guna mewujudkan apa yang diinginkan harus ada tekad yang kuat. Namun perlu disadari juga terutama kita seorang muslim, disaat berikhtiar jangan pernah diri ini yang merasa mampu sehingga melupakan pertolongan dari Allah. Sebab apa, manusia ini diciptakan bersifat lemah sebagaimana dalam firman Allah, "Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa."(QS. Ar-Rum 30: Ayat 54).
Oleh karenanya perlunya kesadaran bahwa diri ini tidak punya daya upaya, jikalaupun usaha yang kita lakukan berhasil maka itu sebab pertolongan Allah. Kenapa perlunya kesadaran diri, supaya kita tidak terjerumus dalam kesyirikan, merasa paling hebat, dan muncul sifat sombong dalam diri. Dengan demikian ikhtiar yang sebenarnya, disaat kita melakukan ikhtiar selalu ingat akan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan ketika berikhtiar jangan lupa untuk berdoa sebab berdoa merupakan pengakuan kita sebagai seorang hamba yang tidak punya apa-apa. Selain itu segala sesuatu yang sudah diiktiarkan atau diusahakan dikembalikan lagi kepada Allah, maksudnya yakni bertawakkal kembalikan segala urusan kepada Allah. Biar Allah yang mengatur dan menetapkan, kapan keinginan yang kita usahakan tadi terwujud.
0 Komentar