Kedamaian Hidup di Desa yang Selalu Merindu Akan Suasana yang Amat Segar | Wahyudi


         Bangun pagi di desa adalah rahmat tak terkira yang akan menyapamu, Suara burung yang berkicau adalah musik terbaik yang bisa kita dengar saat pagi hari.  Di Desa itu oksigennya sangat  segar. Karena oksigen segar ini tersedia melimpah tanpa adanya  polusi dari asap kendaraan. Setiap hari, secara alami. Desa memang tak menawarkan kita hidup yang serba lengkap seperti di perkotaan. Namun kehidupan desa yang sederhana itu justru bisa membuat diri kita begitu merindukan suasana itu, di Desa itu kita tidak harus mikir ingin makan dimana. Jika ingin makan ayam, mereka tinggal menangkap dan memotong ayam kampung yang ada di kandang dan jika ingin menyantap ikan, mereka tinggal  memancing di kolam maupun sungai.

         Mandi dan mencuci pakaian di sungai, makan siang di gubuk tengah sawah, dan melewati malam hanya ditemani sebatang obor maupun lampu minyak membuat mereka lebih menghargai dan mensyukuri hidup dan kesederhanaan yang telah diberikan kepada mereka. kunang-kunang yang berkelap-kelip saat malam dan bintang-bintang bertebaran di langit adalah pemandangan yang indah akan membuat kita tersenyum dengan mata. Kedua pemandangan ini jauh lebih mudah kita temukan di kehidupan desa.

          Di desa, keluargamu bukan hanya adik, kakak, dan ayah-ibu. Melainkan tetangga dekat maupun jauh yang siap membantu. Bergotong royong, kerja bakti, saling membantu sesama adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Hampir-hampir tak ada jarak yang memisahkan antara satu orang dengan yang lainnya. Kedekatan seperti inilah yang membuat warga desa menjadi layaknya seperti keluarga sendiri.

          Di desa, sekolah berlangsung 24 jam - karena pendidikan yang sebenarnya tak hanya berlangsung di ruang kelas saja melainkan dirumah. Karena, Mulai dari subuh hari kamu sudah harus bersih-bersih rumah. Jika punya kandang, kamu harus memastikan bahwa kandangmu sehat untuk binatang ternakmu. Mandi sebentar, lalu pergi ke sekolah. Jika pulang siang hari, wajib membantu ayah-ibu yang mungkin sedang sibuk di kebun. Saat sore hari kamu harus mengaji di surau hingga maghrib. Ini semua, bagi masyarakat desa, adalah “sekolah”. Pendidikan tak seharusnya terhenti di dalam kelas dan di atas kertas-kertas, tapi juga harus membuat anak mengerti tentang kehidupan itu sendiri.

         Di Desa itu listrik dan sinyal yang tak terjamin bukan alasan untuk mengeluh.  Kurangnya aliran listrik yang ada di pedesaan tak selalu berdampak buruk. Bahkan tak tersedianya listrik maupun internet membuat masyarakat desa tak mengerti tentang berita-berita pasnas yang sedang terjadi. Hal ini membuat mereka tak terlalu peduli dengan keadaan diluar sana. Mereka tak peduli gosip, mengerti berita kriminal, dan tak peduli debat murahan yang sering ditayangkan televisi.

          Ritme waktu yang berjalan lambat akan membuat kita menikmati hidup yang telah Tuhan anugerahi. Berbeda jauh dengan kota, ritme kehidupan di desa berjalan lambat, ketenangan menyelimuti tiap sudut desa. Dengan begini kita akan lebih bisa memaknai arti hidup, bahwa hidup tak hanya terus menerus untuk mengejar kekayaan duniawi. Lebih dari itu, kita juga harus sadar bahwa jiwa dan hati kita juga butuh ketenteraman.

         Kesederhanaan akan membuat kita menjadi manusia yang lebih bisa bersyukur, lebih akrab dengan alam dan Tuhan. Mungkin hal-hal diatas hanyalah contoh kecil kehidupan desa yang masih belum sepenuhnya terjamah modernisasi. Hipwee juga tak ingin mengatakan bahwa semua masyarakat kota hanya peduli materi, dan tak semua masyarakat desa senang akan kesederhanaan. Khususnya mereka kaum muda yang haus akan  petualangan dan pengalaman, lebih memilih hijrah dari desa dan mencoba mencari keuntungan di kota. Pada akhirnya, semua kembali dari pribadi dan pendapat masing-masing

Sumber: Hipwee.com


Posting Komentar

0 Komentar