Mahabah | Zuhariah Hayati

MAHABAH
NAMA : ZUHAIRIAH HAYATI
NIM : 603181010014
PRODI : IAT


 Secara umum mahabah berarti “ cinta”, yaitu cinta kepada Allah Swt. Dalam bidang tasawuf, istilah “ mahabah” mengandung arti “ patuh kepada Allah Swt dan memberi sikap yang melawan kepadanya “, menyerahkan seluruh diri kepada yang Dikasihi, dan mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi. Al-Junaid ( Tokoh sufi modern) menyebut mahabah sebagai suatu kecendrungan hati. Artinya, hati seseorang sendrung kepada Allah Swt dan kepada segala sesuatu yang dating darinya tanpa yang disenangi dan segala sesuatu yang datang dari yang disenangi ( dikasihi ).
Menurut Abu Nasr as- Saraj at-Tusi, tokoh tasawuf, mahabah mempunyai tiga tingkat. 

(1)  Cinta orang biasa, yaitu selalu mengingat Allah Swt dengan “ zikir, suka menyebut nama Allah Swt dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengannya serta senantiasa memujinya.

(2) Cinta orang shidik (jujur benar), yaitu orang yang mengenal Allah Swt, seperti kebesarannya, kekuasaannya, dan ilmunya. Cinta ini dapat menghilangkan labir yang memisahkan diri seseorang dari Allah Swt, sehingga ia dapat melihat rahasia yang ada pada Allah Swt. Mengadakan “ dialog “ dengan Allah Swt dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat orang sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri. Sementara hatinya penuh dengan perasaan cinta.Dan selalu rindu kepada Allah Swt.

(3) Cinta orang arif, yaitu cinta orang yang tahu betul akan Allah Swt. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai akhirnya sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan seorang hamba ( sufi ) dapat berdialog dan menyatu dengan ( kehendak ) Allah Swt. Paham mahabah seperti tersebut diatas mempunyai dasar al-Qur’an, antara lain Allah akan mendatangkan sesuatu kaum yang Allah cintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak kepada celaan orang yang suka mencela.
(QS. 5:54)  Dan jika kamu ( benar- benar ) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu (QS. 3: 31). Selain itu terdapat pula dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Ahmad bin Hambal ( Imam Hambali ). Hambaku senanriasa mendekatkan diri padaku denag perbuatan-perbuatan hingga aku cinta padaNya. Orang yang ku cinta menjadi telinga, mata, tanganku. Hadits ini mengandung arti bahwa Tuhan dan makhluk dapat dipersatukan melalui paham mahabah. Tokoh utama paham mahabah adalah Robi’ah al- Adwiyah ( 95 H/713 M- 185 H/ 801 M ). Menurutnya, cinta kepada Allah Swt ( Khubb al- Ilahiyyah ) merupakan cetusan dari perasaan cinta dan rindu yang mendalam kepada Allah Swt.
Hal ini terlihat pada ucapannya : “ Aku mengabdi kepada Allah bukan Karena takut kepada Neraka bukan pula karena ingin masuk Syurga tetapi aku mengabdi kerena cintaku dan rinduku kepadaNya. Tuhanku jika ku puja engakau karena takut kepada Neraka, bakarlah aku didalamnya; dan jika ku puja Engkau karena mengharapkan Syurga, jauhkanlah aku dari padanya; tetapi jika Engkau ku puja semata-mata karena Engkau maka janganlah sembunyikan kecantikanMu yang kekal itu dari diriku. Perasaan cinta yang telah diresap kedala hati Rabi’ah.

Posting Komentar

0 Komentar