Memberi Tanpa Pamrih

                        Memberi Tanpa Pamrih

         Tidak jarang orang memberikan sesuatu yang ia punya kepada orang lain, baik itu berupa material, jasa dan lain sebagainya. Dengan maksud yang tersembunyi, ingin mendapatkan sesuatu atau keuntungan dari yang di berinya kepada orang yang bersangkutan. Maka hal ini adalah tidak benar, dan di larang dalam agama islam. Sebagaimana dalam firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allâh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al-Baqarah/2:264]
       Pasti nya rugi bukan orang yang memberi sesuatu dengan niat yang tidak baik, meskipun apa yang  ia niatkan itu akan terwujud sebagaimana  keterangan hadits, “Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits). Tapi ini tidaklah di ridhoi Allah, sebab ia beramal bukan karena mengharapkan ridho Allah. Melainkan hanya keinginan semata, yang bersifat sementara yakni mendapatkan kenikmatan dunia bukan kenikmatan di akhirat kelak.
         Padahal kenikmatan di akhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal, sebagaimana dalam surah Al-A’la “padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Al-A’la 87: Ayat 17). Maka sepantasnya orang yang beriman pada har akhir, hendaknya betul-betul untuk menyiapkan bekal di akhirat kelak. Salah satunya tadi yakni dimulai dengan niat yang tulus mengharapkan keridhoan sang Khaliq, agar di akhirat mendapatkan kenikmatan yang hakiki. Orang beriman yang bersungguh-sungguh mencari kebahagiaan akhirat itu maka secara tidak langsung ia pun akan mendapatkan kebahagiaan di dunia. Sebagaimana halnya ketika seseorang itu mengejar bayangan dirinya sendiri, maka bayangan tersebut akan menjauhi nya. Sebaliknya ketika orang itu menjauh dari bayangan nya maka bayangan dirinya akan mengikutinya. Itulah perumpamaan orang yang mengejar kehidupan di dunia, sehingga tidak sedikit orang yang menyesal akibat perbuatannya. Maka dari itu hendaknya seseorang itu beramal dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Posting Komentar

0 Komentar