(ASMARITA
MAHASISWI SEMESTER V IAT-FIAI-UNISI)
Sudah menjadi Sunnatullah bahwa
yang bernyawa pasti akan mati, hanya diantara kita tidak ada yang mengetahui
kapan akan mati. Karena Ar-Rahman telah berfirman:
“Setiap yang berjiwa pasti
akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan
sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan
dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
“Di mana saja kalian berada,
kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)
Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia
seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun
duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal
ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun
yang lalai dan malas-malasan. Semuanya
akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, firman Allah SWT:
“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)
Karena itu Rasulullah Saw
menganjurkan kepada kita agar selalu mengingat yang memutuskan atau mengalahkan
atau menghancurkan kenikmatan. Yaitu kematian yang suatu saat pasti akan tiba,
terkadang bahkan seringkali dating tidak terduga. ibnu Umar Ra berkata: “Aku
sedang duduk bersama Rasulullah, maka datanglah seorang laki-laki dari golongan
Anshar, lalu ia memberi salam kepada Nabi seraya berkata : “Wahai
Rasulullah, mukmin seperti apa yang
paling utama? Beliau menjawab: “Yang
paling baik akhlaknya”ia berkata lagi, mukmin seperti apakah yang paling
cerdas? Beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dang yang
paling baik mempersiapkan diri sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang
yang cerdas”
Mengingat mati akan melembutkan hati
dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau
bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus
kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824,
Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits
ini, “Hasan shahih.”)
Faedah Mengingat Kematian:
·
Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit
untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya
hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi
dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk
beramal ketaatan.
·
Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati
seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa
diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk
“pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)
Ucapan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah
kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan
dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat
mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya,
sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang.
Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang
keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan
kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus
kelezatan (yakni kematian).”
disertai
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan
mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat. Alangkah
bagusnya ucapan orang yang berkata:
“Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat
mati akan pendeklah angan-angan.”
0 Komentar