Perjalanan Hidup Seorang Wanita Menemukan Hijabnya Dalam Memaknai Hidup | Lia Listari

Gambar via alhigam.com

Selembar kain yang dipakai untuk menutupi rambut sebagai mahkota seorang wanita. Kain ini ada yang berbahan tebal, ada juga yang tipis bahkan tampak menerawang. Ukurannya pun ada yang besar ada juga yang kecil. Cara memakainya pun beraneka ragam, sesuai dengan keinginan pemakainya. 

Jilbab tidak hanya dipakai oleh wanita dewasa saja, anak kecil pun sekarag sudah memakainya dalam segala aktivitas terutama diluar rumah. Aku tak tahu atas dasar apa mereka memakainya.
Aku sudah tidak asing lagi dengan jilbab, sejak masa sekolah dulu aku sudah memakainya meskipun masih sekitaran sekolahan tersebut, jilbab merupakan pakaian wajib yang harus dipakai oleh semua muridnya. 

Maka tak jarang selepas kegiatan belajar-mengajar dan pulang kerumah masing-masing jilbab sudah tidak terpasang lagi dikepala melainkan sudah dilipat dengan rapi. Pada masa itu jilbab hanya sebagai pelengkap bagiku, karena aku belum tau seerapa pentingnya seorang wanita menutupi auratnya.

Seiring berjalannya waktu, ada keingin yang kuat dari dalam hatiku untuk memakai jilbab disekolah maupun jika ingin keluar rumah. Bukan karena aku ingin mengikuti zaman atau menutupi sesuatu tapi rasa ini selalu datang, terlebih saat aku melihat wanita yang tampak cantik dengan jilbabnya. 

Keinginan hati belum diiringi dengan kesiapan mental. Aku takut setelah berjilbab rambut ini akan rusak karena seringnya terikat dan menjadi bau akibat tertutup sepanjang hari. Aku takut  laki-laki tidak tertarik lagi padaku, bukan berarti selama ini pakaianku terbuka, tentu tidak.
Pakaianku tertutup hanya saja ada rambut terurai dan tersusun rapi diatas baju yang aku pakai sehingga mempercantik penampilanku. Aku takut sulit untuk mencari pakaian yang cocok denganku. Banyak sekali ketakutan yang aku bayangkan setelah memakai jilbab. 

Aku tak tahu, sampai kapan keraguan ini bertahan. Entah apa yang aku tunggu pada saat itu sampai keinginan ini dapat terwujud. Hidayah? Bukankah hidayah itu datang setelah dijemput? Bukankah wanita muslim diwajibkan memakai jilbab untuk menutupi auratnya? Seperti yang dijelaskan pada ayat dibawah ini.

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita (keluarga) orang-orang mukmin, agar meraka mengulurkan atas diri mereka (keseluruh tubuh mereka) jilbab mereka. Hal ini menjadikan mereka lebih mudah dikenal (sebagai para wanita muslimah yang terhormat dan merdeka) sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa maha pengampun lagi maha penyayang". (QS.Al-Ahzab Ayat: 59).

Sempat terpikir olehku untuk memakai jilbab setelah aku sudah dibangku kuliah saja, rasanya jahat sekali, aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa mengingat ayah sebagai orang tuaku. 

Bukankah ayah juga memilki tanggung jawab yang besar atas diriku, baik dan buruk perbuatanku dunia sepenuhnya menjadi beban ayah terlebih sebelum aku menikah. Apa yang sudah kuberikan pada ayah selama ini? Belum ada.

Tahun lalu, pada saat aku menginjak kelas XII SMA tepatnya. Aku memutuskan untuk menggunakan jilbab dengan benar tidak seperti pertama kali aku mengijakkan kaki disekolah saat pertama dulu. Walaupun sampai saat ini masih jilbab biasa yang aku pakai tetapi ini murni keinginanku, tanpa paksaan dari siapa pun.

Jilbab ini kupersembahkan untukmu ayah karena aku tahu satu langkah saja aku keluar rumah tidak mengenakan jilbabku maka satu langkah pula ayah mendekati api neraka.

Ayah maaf sampai saat ini aku belum bisa membahagiakanmu, meringankan bebanmu, belum bisa menajadi anak yang kau banggakan didepan teman-temanmu. Tetapi insya allah atas izin Allah suatu saat nanti aku bisa membahagiakanmu.

~والله أعلم بالصواب~

Posting Komentar

0 Komentar