Berpendirianlah Seteguh Gunung Uhud|Rohadatul Aisy

Diantara ciri orang mukmin adalah berpendirian teguh, pantang menyerah, tidak kenal mundur, dan punya keinginan yang kuat.   

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka Itulah orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Hujurat : 15)

Sedangkan ciri orang munafik ialah,   

“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu dibimbang dalam keraguannya.” (Q.S. At-Taubah : 45)

Keputusan yang mereka buat pun tidak lurus. Ketika keputusan itu berada dibelakang mereka, maka mereka pun mengingkarinya, dan ketika mereka berjanji maka mereka melanggarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wasallam, 
“Ciri-ciri orang munafik ada tiga; 1. Apabila berkata maka ia berdusta, 2. Apabila diberi amanah maka ia berkhianat, 3. Apabila berjanji maka ia mengingkarinya”.
Wahai Hamba Allah, ketika kilat kebenaran itu menyala terang, zhann (prasangka) yang ada di benakmu itu lebih kuat, dan manfaat-manfaat yang bisa diraih jelas, maka lakukanlah dengan tanpa mempertimbangkan ini itu lagi dan jangan ditangguhkan lagi. Di dalam sebuah syair dikatakan;
Buanglah kata “seandainya”, “kelak akan”, dan “bisa jadi”. Melajulah seperti pedang di tangan seorang pahlawan.

Ada seorang suami yang selalu ragu untuk menceraikan istrinya yang telah membuatnya merasa tua dan miskin. Suami itu pun mengadukan permasalahannya kepada hakim. Hakim bertanya, “Berapa tahun engkau hidup bersama istrimu ini?”
Jawab suami tadi, “Empat tahun”.
Hakim itu bertanya keheranan, “Selama empat tahun dan engkau mampu menelan pil kehidupan?”
Memang benar ada yang disebut kesabaran, ketabahan, dan penantian. Tapi sampai kapan? Hanya orang yang peka yang tahu apakah sesuatu itu sempurna atau tidak, baik atau tidak, bisa dilanjutkan atau tidak. Saat itulah dia akan segera mengambil keputusan.
Seorang penyair berkata,
“Obat penawar bagi yang tidak disukai adalah segera melepaskannya”.
Dari cerita-cerita tentang perjalanan hidup orang itu bisa ditarik kesimpulan bahwa keraguan dan kebingungan bisa menyerang umat manusia kapan saja. Namun umumnya umat manusia itu mudah sekali ragu dan bingung.

Pertama, pada saat menentukan tempat belajar dan spesialisasi yang akan diambil. Rata-rata calon mahasiswa ketika harus masuk pendidikan tinggi, tidak tahu harus mengambil jurusan apa, dan itu memakan waktu lama untuk menimbang dan memilih. Banyak mahasiswa yang membuang-buang waktunya hingga bertahun-tahun karena ragu jurusan apa yang harus dipilih dan fakultas mana yang harus dimasuki. Ada sebagian yang ragu sebelum mendaftar, sampai akhirnya waktu pendaftaran habis. Dan, ada juga yang masuk jurusan apa saja, kemudian hanya betah setahun atau dua tahun. Pertamanya, masuk fakultas syari’ah, kemudian berpaling ke fakultas ekonomi, dan setelah beberapa semester pindah ke kedokteran. Usianya pun habis terbuang untuk berpindah-pindah jurusan.
Seandainya dari awal mau mempelajari kemampuan dirinya, bermusyawarah, dan sering melakukan istikharah, kemudian tidak menoleh kanan dan kiri, niscaya akan bisa menghemat umurnya dan akan memperoleh apa yang dia inginkan dari spesialisasi yang diambilnya.

Kedua, pada saat memilih pekerjaan yang sesuai. Sebagian orang ada yang tidak tahu apa profesi yang cocok untuk dirinya. Saat sudah menjadi pegawai negeri, ia masuk ke perusahaan (sebagai karyawan). Tak berapa lama kemudian ketika melihat teman-temannya yang sukses dalam berdagang, ia pun keluar dari perusahaan itu untuk merintis usaha dagang. Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya dalam dagang, maka ia bangkrut dan jatuh miskin. Dan terakhir malah luntang-lantung tak punya pekerjaan.
Saya tegaskan disini, barangsiapa dibukakan sebuah pintu rezeki, maka hendaklah ia menekuninya. Itu berarti, rezekinya memang ada di pintu itu. Karena siapapun yang menekuni satu bidang kerja niscaya akan datang kepadanya kemudahan, pertolongan dan hikmah.

Ketiga, pada saat menentukan untuk menikah. Banyak pemuda yang maju-mundur dalam menentukan istri. Terkadang pendapat orang lain masuk mempengaruhi penentuan pilihan. Menurut bapak, ada seorang wanita yang cocok untuk anaknya, namun itu bukan pilihan anak yang bersangkutan dan tidak disetujui ibunya. Mungkin saja si anak (terpaksa) setuju dengan pilihan bapaknya, tapi akhirnya rumah tangga anaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dikehendaki.

Nasehat yang bisa penulis sumbangkan adalah bahwa Anda jangan maju, khususnya, dalam masalah pernikahan kecuali dari sisi agama, kecantikan dan kepribadian sudah bisa diterima. Sebab masalah pernikahan adalah masalah kelangsungan hidup si wanita, dan bukan sesuatu yang ketika tidak lagi berharga, lalu dengan bebas dicampakkan begitu saja.
Keempat, pada saat hendak menjatuhkan talak. Sehari berikutnya sudah bulat keinginannya untuk berpisah, sehari kemudian ingin hidup bersama lagi, dan hari berikutnya berkeinginan untuk mengakhiri kebersamaannya, dan hari berikutnya berkeinginan untuk memutuskan tali hubungannya. Dengan terlalu sering berubah pikiran seperti itu, maka dia pun dilanda keletihan, dirundung panas jiwa, dan rusak cara berpikirnya. Semua itu, hanya Allah Subhanahu Wata’ala yang tahu.
Kesempitan jiwa ini harus diakhiri dengan keputusan yang pasti. Manusia itu hidup hanya sekali, hari-hari yang telah dilaluinya tidak akan terulang kembali, jam-jam yang sudah lewat tidak akan kembali lagi. Karenanya ia harus berusaha menikmati waktu yang tidak akan kembali itu, dan agar waktu menghantarkan kita kepada kebahagiaan dengan cara menetapkan keputusan. Ketika orang muslim telah menetapkan keinginannya, membulatkan tekad dan bertawakal kepada Allah Subhanahu Wata’ala setelah sebelumnya beristikharah dan meminta rekomendasi dari sana-sini, maka ia sebagaiman dikatakan di muka, ia melaju bagaikan aliran air, meluncur ke depan bagaikan sabetan pedang, kokoh bagaikan jaringan waktu, dan memancar bagaikan pancaran fajar.

“Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. (Q.S . Yunus : 71)


Posting Komentar

0 Komentar