“Hijrah Tidak Gagal dan Dapat Istiqomah”
Istilah “hijrah” menjadi lebih populer di zaman ini. Hijrah yang
dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi
perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena
sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak peduli dengan aturan agama.
Istilah ini dibenarkan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan
bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan
Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya. Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
”Dan
Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan
Allah”. Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang
“hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia
kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah.
Berikut
kiat-kiat agar “hijrah tidak gagal” dan dapat istiqamah di jalan agama:
Pertama,
berniat ikhlas ketika hijrah
Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi
ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang
diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai
dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan
rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya
karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia
nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.”
Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar
tetap istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah
niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah
dan sangat membutuhkan pertolongan Allah.
Kedua,
segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki
teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati
serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang
shalih dan baik akhlaknya. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur)” (QS.
At-Taubah: 119). Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya.
Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering
berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan
Allah.
Ketiga,
menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah yang kuat dengan mengilmui dan
memahami makna syahadat dengan baik dan benar.
Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar
diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan
perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat
syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika
benar-benar mengilmui dan mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman
“Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim
dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim:
27). Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh…” sebagaimana dalam hadits berikut.
“Jika
seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
maka inilah tafsir ayat: ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat,
mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya
Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman
dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan
dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman:
“Katakanlah:
‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’”
(QS. An-Nahl: 102).
Kelima,
berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit
Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal
adalah tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita
diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang
paling dicintai oleh Allah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.”
Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi
tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut, sehingga nampakanya seperti semangat di
awal saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi.
Keenam,
sering berdoa dan memohon keistiqmahan dan keikhlasan
Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah beramal
dan beribadah sampai menemui kematian. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan
sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal)”
(QS. Al-Hijr: 99).
Doa
berikut ini sebaiknya sering kita
ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan.
‘Rabbanaa
Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan,
innaka Antal-Wahhaab’
“Wahai
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)”
(QS. Ali Imran: 8).
Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas
dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata serta jauh dari
riya, mengharapkan pujian manusia dan tendensi dunia.
0 Komentar