Sifat Yang Mengotori Jiwa I Sartika jannah

pict by : http://shareqolbu.blogspot.com/

Ada pun sifat yang tercela yang mengotori jiwa manusia ialah: hasad (irihati), haqad (dengkiataubenci), suuz-zan (sangkaburuk), kibir (sombong), ujub (merasasempurna), ria' (memamerkan kelebihan), suma' (cari-cari nama atau kemasyuran), bakhil (kikir), hubbulmall (cintaharta), tafahur (membanggakan diri), ghadab (marah), ghibah (mengumpat), namimah (berbicara di belakang orang), kizib (dusta), dan khianat (munafik).

Adapun sifat-sifat tercela yang merupakan maksiat lahirialah: segala perbuatan-perbuatan yang dikerjakan oleh anggota-anggota badan manusia yang merusak orang atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda, pikiran dan perasaan. Maksiat lahir, melahirkan kejahatan-kejahatan yang merusak seseorang dan mengacaukan masyarakat. Maksiat batin lebih berbahaya lagi karena tidak kelihatan dan biasanya kurang disadari dan sukar dihilangkan, maksiat batin itu adalah membangkit maksiat lahir dan selalu menimbulkan kejahatan-kejahatan baru yang diperbuat oleh anggota badan manusia, kedua macam maksiat itu selalu mengganggu keselamatan dankesejahteraan masyarakat yang dapat membawa manusia pada kecelakaan. Dan kedua macam maksiat itulah yang mengotori jiwa manusia setiap waktu dan kesempatan yang diperbuat oleh diri sendiri tanpa disadari. Semua itu merupakan dinding yang membatasi diri dengan Allah.

Sifat-sifat itu berasal dari hati manusia.Sifat-sifat yang terpuji berasal dari hati yang bersih dan sifat-sifat yang buruk berasal dari hati yang kotor. Kotoran-kotoran hati itu dapat dirasakan pada saat mengerjakan shalat. Karena itu maka salah satu nikmat shalat adalah mendidik seseorang menyadari kekotoran hatinya dari sifat-sifat buruk. Hal itu akan mendorong untuk mensucikannya.

Suatu contoh: seorang mukmin mengerti betul, bahwa tujuan utama shalat itu ialah semata-mata untuk mengingat kepada Allah. Tetapi kebanyakan orang dalam shalat menyeleweng dari tujuanitu. Sebegitu mulai takbiratul ihram, ingatan telahmembelok kepada dunia pada masalah-masalah kegiatan hidup yang mengikutinya. Semakin banyak cabang usahanya maka semakin banyak pula cabang ingatannnya, Pada keadaan demikianakan menjadi kurang akan ingatannya kepada Allah. Pengamatan dalam keadaan seperti inilah dapat dirasakan adanya kotoran hati atau jiwa. Banyak atau sedikitnya kotoran hati itu dapat dirasakan banyak sedikitnya ingatan kepada Allah dalam shalat. Dan bila ingatank epada Allah dalam shalat tidak ada sama sekali maka shalat itu tidak sah. Biasanya, kita mencoba menghilangkan ingatan keduniaan itu dengan memejamkan mata, tetapi dengan sekejab datang lagi sehingga ingatan kepada Allah hilang lagi disebabkan karena hati itu telah dikotori dengan keburukan-keburukan hawanafsu.

Keadaan seperti ini, dapat diumpamakan seperti ”lalat” yang mengerumun ikotoran-kotoran pada suatu benda. Lalat-lalat itu jika diusir, terbang pergi, tetapi dengan sekejab datang lagi kepada benda itu selama benda itu tidak dibersihkan dari kotoran.

Demikian pula halnya hati yang kotor itu. Kotoran hati itu ialah dari macam-macam maksiat yang kita buat sendiri yang membalut hati itu.Pantas, kalau ada orang berbuat kejahatan dikatakan: busukhati. Kalau kita lalai membersihkan kotoran-kotoran hati itu, maka semakin lama semakin tebal kotoran itu yang merupakan dinding yang membatasi diri dengan Allah. Maka bila seseorang tidak shalat samasekali ingat kepada Allah, maka shalatnya itu tidak sah dan neraka Wa’il yang pedih di akhirat nanti. Itulah perlunya mensuci membersihkan hati untuk berbuat baik kepada manusia danb ertakwa kepada Allah. 

Wallahu a'lam bisshowab


Posting Komentar

0 Komentar