Kajian Orientalis
Maurice Bucaille dan “Tafsir Ilmiah” al-Qur’an
Roisatul Mufrrohah Mahasiswi IAT FIAI UNISI
Al-Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur, maka pernyataan al-Qur’an bisa menjadi standarnya. Al-Qur’an adalah buku induk ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan.
Ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tidak dimiliki oleh agama ataupun kebudayaan lain, yang menegaskan dengan begitu tegas akan arti penting ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan baha betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an (islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakn potensi akal, pengamatan, pendengaran semaksimal mungkin.
Biografi dan kondisi lingkungan
Maurice Bucaille lahir pada tanggal 19 juli 1920 M di Pont-L’Eveque, dan meninggal di Perancis pada 17 februari 1998 pada usia 77 tahun. Ia putra Maurice dan Marie (James) Bucaille. Ia tumbuh sebagai seorang dokter Perancis, anggota Perhimpunan Medis Perancis dan penulis tentang Mesir Kuno.
Pada tahun 1974 dia mengunjungi Mesir atas undangan Presiden Anwar Sadat dan mendapat kesempatan meneliti mumi fir’aun, sebuah Penelitain Modern (Les momies des Pharaons et la medicine)
Salah satu kontroversi yang masih menyelimuti pribadi Maurice Bucaille adalah tentang statusnya saat dia meninggal, apakah dia sudah menjadi seorang muslim atau tetao ada kepercayaan yang lama. Memang, tidak ada bukti pengakuan langsung tentang keislamn dokter ini, bahkan ketika ditanya beberapa kali menolak anggapan itu. Sementara kesan yang didapat dari masyarakat Arab yang bergaul dengannya pun tidak memiliki bukti kuat akan keislamannya, lantaran pandangan-pandangan tersebutn umumnya sudah terdistorsi oleh pandangan pribadi para penulisnya.
Motivasinya dalam Mengkaji al-Qur’an
Atas dasar ketidak-islamannya, maka daoat dikatakan bahwa motovasi Bucaille dalam mempelajari dan menyelidiki al-Qur’an tidak lain hanya sebatas kepentingan keolmuan saja. Sebagaimana pernyataannya dalam bukunya The Bible, The Quran and The Science. Ia mengatakan,
“Saya menyelidiki keserasian teks al-Qur’an dengan sains modern secara objektif dan tanpa prasangka. Mula-mula, saya mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa al-Qur’an menyebutkan bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu saya hanya memperoleh pengetahuan yang samar (ringkas). Dengan membaca teks Aeab secara teliti sekali saya dapat mengadakan inventarisasi yang membuktikan bahwa al-Qur’an tidak mengandung suatu pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman modern ini.
Pemikiran Maurice Bucaille
Tentang Keotentikan al-Qur’an
Dalam pandangannya Bucaille mengakui bahwa al-Qur’an adalah wahyu, dan hanya al-Qur’anlah yang keasliannya terjaga, berbeda dengan perjanjian lama dan perjanjian baru yang sudah tidak asli lagi.
Tentang kesesuaian antara al-Qur’an dengan sains modern
Menurut Bucaille, al-Qur’an mempunyai kesesuaian dengan fakta-fakta sains modern, sebagaimana ia menjelaskan bagaimana burung terbang. Ia mengatakan bahwa ada ayat yang menonjolkan tunduknya bahwa burung-burung kepada kekuasaan Allah secara total.
Tentang banjir Nuh
Riwayat Qur’an tentang banjir, menurut Bucaille, menyajikan versi keseluruhan yang berlainan dan tidak menimbulkan kritik dari segi sejarah.
Pendekatan dan Metodologi Maurice Bucaille
Pertama dalam meneliti keautentikan al-Qur’an, ia melakukan pendekatan historis dan filologis, dengan metode komparasi, yaitu ketika ia meneliti al-Qur’an, dan juga meneliti tentang keaslian teks-teksnya dan membandingkannya dengan otentistas Bible. Kedua, dalam meneliti kesesuaian antara al-Qur’an dengan sains modern, ia memakai pendekatan saintifik yang disebut dengan metode Bucaillism. Ini adalah istilah yang digunakanoleh para akademsi untuk menunjukkan gerakan yang menghubungkan ilmu pengetahuan modern dengan agama, dan terutama agama Islam.
Sikap Terhadap Gagasan Maurice Bucaille
Gagasan Bucaille yang mengatakan bahwa al-Qur’an mempunyai kesesuaian dengan sains modern, atau sisi dapat diterima, dan satu sisi dapat dikritis. Pertama, bagaimanapun al-Qur’an merupakan kitab petunjuk, al-Qur’an memerintahkan kepada manusia hakikat ilmiah, yaitu dengan mendorong untuk merenung, melihat, memperhatikan dan mempelajari berbagai isyarat ilmiah agar diungkapkan dan ditemukan. Di sisi lain al-Qur’an bukanlah sebuah buku sains, ensiklopedia, dan juga tidak menyakni kebenaran “mencocok-cocokkan” al-Qur’an dengan fakta sains modern yang bersifat hepotesa dan spekulatif.
0 Komentar