Kemuliaan Orang Fakir Di Sisi Allah
Sebagi Ulama salaf mengartikan kata fakir adalah butuh. Orang fakir berati orang yang selalu membutuhkan. Jika fakiir di hadapan Allah, berrati butuh terhadap Allah dalam segala hal. Sedangkan orang kaya adalah orang yang tidak butuh. Merasa fakir terhadap Allah dapat memperkuat daya energi qolbu. Rasulullah SAW. Bersabda, “ Sebaik-baik umat ini adalah yang fakir diantara mereka. Dan yang paling lemah di antara mereka adalah yang paling cepat masuk surga.”
Rasulullah tidak butuh (tidak fakir) terhadap harta duniawi. Tetapi ia fakir terhadap Allah. Karenanya ketika di tawari harta kekayaan oleh Allah, ia menolaknya. Sebagimana hadis yang menerangkan bahwa Malikat Jibril Menjumpai Rasulullah dan berkata, “Wahi Muhammad, Tuhanmu telah berkirim salam kepadamu. Dia berfirman: Apakah kau suka bila Aku (Allah) menjadikan gunung-gunung ini sebagi emas untukmu. Dan engkau bisa pergi ke mana saja?” Rasulullah berfikir sejenak, lalu menjawab, “Wahi Jibril, sesungguhnya dunia adalah rumah bagi orang yang tidak memiliki rumah. Harta bagi orang yang tidak memiliki harta. Di dunia inilah orang-orang yang tidak berakal berkumpul.” Malikat Jibril berkata, Semoga Allah mengukuhkanmu dengan perkataan yang kuat.”
Namun sebagian ulama salaf yang lain memberi makna fakir adalah miskin yang sesungguhnya. Yaitu orang-orang yang lemah ekonomi; orang-orang yang melarat. Di dapat keterangan bahwa diantara para Nabi yang terakhir kali masuk surga adalah Nabi Suliman As karena kedudukannya sebagi raja yang kaya raya. Diantara para sahabat yang terakhir kali masuk surga adalah Abdurrahman bin Auf, karena ia dikenal sebagi orang berharta. Karena mereka mempertanggungjawbkan hartanya, maka mengalami hisab yang teramat panjang dan rumit. Nabi Isa berkata,”Orang kaya itu sangat berat masuk surga.
Kata Kaab bin Akbar, Sesungguhnya Allah SWT. Berfirman kepada Musa : Jika engkau melihat orang fakir dengan menghadap, maka katakanlah ,” Selamat datang wahi Syiar yang Saleh. Menurut cerita Atha’ al-Kharsani, bahwa suatu ketika ada seorang , Nabi di antara para Nabi berjalan di tepi pantai. Lalau Nabi itu bertemu dengan seorang nelayan. Setiap kali hendak melmparkannya, nelayan itu selalu mengawalinya dengan kata,”Dengan nama Tuhan “ namun berkali-kali ia lemparkan kailnya tetapi tak satupun ikan tersangkut di sana. Nabi tersebut melanjutkan perjalanaan. Di tempat lain, ia bertemu dengan seorang nelayan lainnya. Setiap kali melempar kail, nelayan yang satu ini selalu mengawali dengan ucapan atas nama setan. Dan setiap kali kail ditarik, selalu tersangkut ikan di mata kailnya. Melihat yang demikian itu, Nabi menjadi heran. Ia kemudian berkata kepada tuhan,”Wahai Tuhan, Bagimana ini? Bukankah semua Rezeki ada di tanganmu?” Tuhan kemudian berfirman yang artinya: “ Singkaplah tabir rahasia untuk hambaku ini agar ia dapat melihat kedudukan masing-masing dari dua nelayan itu!.” Setelah hijab tersingkap, Nabi tersebut melihat apa yang disediakan Allah buat masing-masaing nelayan. Ia berkata, “Aku jadi mengeri Ridho,ya Tuhnku.
Di dalam hadis lain diterngkan pula bahwa Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya: “ Sungguh sangat beruntung orang yang diberi petunjuk untuk memeluk Islam , hidupnya akan terjaga dan merasa puas dengan apa yang diberikan Allah.” Dikatannya pula oleh Rasulullah, Wahi orang-orang fakir, persembahkanlah keriddhaan Allah dari dalam hatimu, maka engkau akan mendapatkan keberuntungan pahala atas kefakiranmu. Jika tidak, engkau tidak akan mendaptkan apa-apa.”
Orang fakir yang qanaah itu lebih mulia karena dia mendaptkan keridhaan pahala dari Allah. Tetapi orang fakir yang rakus, ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa dari Allah. Di kisahkan, ada seorang fakir mendatangi mejlis Tsauri. Ia berkata kepada orang-orang di Mejlis itu, “Butlah garis pembatas jika engkau orang kaya. Aku tidak akan mendekati kalian.” Kemudian da orang kaya dari kalangan para sahabat yang menginginkan menjadi orang fakir karna kedekataannya dengan orang-orang fakir. Muamil berkata,” aku tidak melihat seseorang di Mejlis Tsauri yang lebih hina daripada orang kaya. Aku tidak melihat seorang yang lebih mulia di dalam Mejlis itu dari pada orang fakir.
Orang fakir diistilahkan dengan orang yang hatinya retak. Ini sejalan dengan firman Allah yang di turunkan kepada Nabi Ismail , “Carilah aku diantara orang-orang yang hatinya retak!” Ismail lalu bertanya, “Sipakah mereka itu?” Jawab Allah “Mereka adalah orang-orang fakir yang benar dan dpat dipercaya.”. Orang-orang fakir yang ridha dan qanaah tentu mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah. Rasuluyllah SAW. Bersabda yang artinya: sesungguhnya pada hari kiamat, Allah berfirman , “ Di manakah orang-orang pilihan diantara makhlukku ?” Malikat bertanya, “ Siapakah mereka itu, Wahi Allah?” Allah menjawab, “ Mereka adalah orang-orang muslim yang fakir dan bersifat qanaah terhadap pemberianku; dan yang rela terhadap takdirku. Masukkan mereka ke dalam surga.” Mereka masuk kedalam surga, Makan dan minum sepuasnya. Sementara orang-orang lain masih berlalu lelang, sibuk meghadapi tau menunggu perhitungan amal mereka.”
ولله أعلم بالصواب
0 Komentar