Fenomena Pergeseran Peradaban Muslim Perkotaan | Dimana Hafizul Ilmi

Pict : dinamikajambi.com
Pada artikel kali ini penulis tertarik untuk membahas fenomena muslim perkotaan yang sangat unik dan antusias dalam beragama. Kalau di fikir-fikir secara logis dan mendalam di perkotaan justru bukan tempat yang subur orang orang dalam beragama. 

Kenapa demikian...? Karena kita tahu selama ini, perkotaan pada umumnya lebih cenderung kepada tempat tempat sarang kemaksiatan, kemungkaran dan kemunafikan yang akan menjauhkan diri dari nilai nilai agama.

Namun anggapan dan logika penulis justru terbalik dan salah dengan realita fenomena yang terjadi akhir akhir ini, biasanya semangat beragama hanya terdapat di desa, perkampungan dan pelosok-pelosok negri yang jauh akan pengaruh budaya luar. Namun akhir akhir ini justru pedesaan lah yang sudah meredup meninggalkan masa-masa kejayaan beragama nya.

Jika kita berkaca dan melihat sejarah kebelakang di fikir-fikir akan punah aktivitas keagaman di tengah tengah perkotaan. Sebab perkotaan di hempas oleh pembangunan-pembangunan sekuler yang di dikuasai dan pelopori oleh orang orang non muslim dengan  modal kapita yang menggurita. Namun ternyata tidak, di balik itu justru semua semakin muncul kesadaran di tengah hiruk pikuk orang orang perkotaan justru timbul peradaban beragama yang sangat mendalam. Hal itu di tandai dengan terdengar keras lantunan adzan, dzikir, alunan suara sholawat nabi, dan alunan suara qori dan qoriah membaca kalam Al-Quran di sela-sela gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. 

Beberapa gairah muslim perkotaan juga bisa kita saksikan secara umum dengan maraknya berbagai macam aktivitas keislaman, shalat berjamaah, pembangunan mushola, surau, mesjid dan majelis ta'lim dimana mana, bermunculan organisasi organisasi Islam, bermunculan lembaga lembaga keuangan Islam, membeludak nya jamaah haji dan umroh tiap tahunnya, dan semangat orang orang perkotaan untuk bersedekah, berwakaf, berkurban dan berakikah. Bahkan telah muncul kesadaran untuk selektif dalam mengkonsumsi,  mulai memperhatikan pakaian pakaian yang yang di anjurkan menurut syar'i serta menjauhkan diri dari transaksi muamalah yang di haramkan. Semua itu dikemas dengan majunya dunia pendidikan yang tidak pernah tertinggal dengan kurikulum bernuansa islami, juga maraknya pengajian, kajian-kajian ilmiah, seminar,  workshop, kaderisasi dan pelatihan pelatihan yang bernuansa agama lainnya.

Pengajian yang dulunya hanya disaksikan dikampung kampung dengan keadaan serba apa adanya, namun sekarang justru berubah terbalik, pengajian dilakukan di gedung-gedung metropolitan, televisi nasional, radio dan bahkan  di media sosial, media cetak, media elektronik dll. baik itu diselenggarakan pemerintah maupun swasta (pribadi) secara ikhlas. Dan yang tidak kalah ketinggalan yakni pusat pusat keramaian seperti mal, tempat wisata, bandara, stasiun yang mewah justru mudah bagi kita menemukan  mesjid mesjid luas, mewah dan megah yang dipenuhi dengan jamaah shalat serta di makmurkan dengan berbagai macam aktivitas kajian kajian islam.

Hal ini semua tidak terlepas dari kehendak Allah SWT maka itulah yang akan terjadi. Ketika Allah menginginkan orang yang sesat untuk mendapat hidayah, maka dia mendapatkan hidayah itu tanpa ada yang bisa menghalanginya.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.s Az zumar 37 :

وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ ۗ

"Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya."


Dalam firman Allah yang lain Q.s Al-Anam 125 :

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ

"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam"

Perubahan yang terjadi pada muslim perkotaan sesuai dengan  sunnatullah. Walaupun orang orang kafir, munafik, musyrik ingin memadamkan cahaya allah, namun kalau Allah ingin memenangkan cahaya-nya, maka hal itu mudah baginya.

Sebagaimana dalam firman Allah Q.s As-shaf 8 :

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

Maka ketika kemaksiatan, kedzaliman, dan kemungkaran tadinya berpusat di kota, atas izin allah, turunlah hidayah dan petunjuk kepada orang orang yang tinggal di kota. Meskipun tidak semua penduduk kota melakukan nya, namun setidaknya sudah ada gairah dan semangat kegamaan yang baru.



Wallahualambhissab

Posting Komentar

0 Komentar