AGUSSAIRI
NIM : 801192060
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UIN STS JAMBI
KONSTRIBUSI ISLAM TERHADAP KEBANGKITAN BARAT
Islam selain sebagai agama samawi, juga merupakan pandangan hidup dan kehidupan dalam membangun peradaban dunia. Kejayaan pada masa bani Umaiyah dan Abasiaah dinilai oleh banyak kalangan sebagai inspirator kemajuan dunia modern (Globalisasi). globalisasi yang terjadi pada saat ini adalah bersumber dari Barat, dan terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya, akan tetapi Islam sebagai Inspirator sekaligus sebagai agama yang berperadapan tentunya memiliki andil besar terhadap kemajuan yang dicapai oleh Negara Barat tersebut, jika demikian ketika globalisasi yang bersumber dari Barat ini, tampil dengan watak ekonomi-politik, dan sains-teknologi, tentunya Islam harus mampu sebgai filter dan penetrasi dari dampak negatif yang diimbulkannya.
Barat menyebut abad-abad pertengahan (antara abad ke-9 sampai abad ke-14) sebagai the dark ages (abad-abad kegelapan). Hal ini benar dan tepat hanya untuk dunia Barat, sedangkan bagi islam abad pertengahan adalah Ashr al-Izdihar (zaman kejayaan) dan Al- Ashr Adz-Dzahabi (zaman keemasan). Di saat Barat diliputi oleh kegelapan-kegelapan, Islam ditimur telah bersinar terang dengan peradaban-peradaban kemanusiaan, bahkan Islampun telah menerangi Eropa yang gelap dengan bijaksana.
Pada waktu berlangsungnya perang salib (antara 489-669 H/1096-1270 M). kota Damaskus umpamanya telah memiliki 20 madrasah dan dua rumah sakit yang dikelola secara profesional. Rumah sakit yang terbaru biaya operasionalnya perhari sebesar 15 dinar (60 Gram emas), memiliki pegawai-pegawai yang bertugas mendaftar nama-nama pasien, diagnosa penyakitnya, nama-nama obat yang diperlukan dan lain-lain. Para Dokter melakukan kunjungan dan
pemeriksaan setiap hari, sejak pagi hari, mereka mengunjungi setiap pasien, melakukan observasi, identifikasi dan tindakan medis.1
Disaat Timur (Islam) menikmati cahaya peradaban yang begitu tinggi, ternyata di wilayah jajahan Romawi Kristen mengalami kegelapan dan kebodohan. Kilyam Dabur wali kota Thabariyah menceriterakan bahwa seorang jawara penunggang kuda yang sakit keras dibawa kepada seorang Uskup Agung untuk mendapatkan pengobatan. Tatkala Uskup melihat Pasien, dia meminta lilin, setelah lilin kami berikan, dia melemaskannya dan membentuknya seperti ruas jari, kemudian masing-masing diletakkan disamping hidungnya. Setelah itu sang jawara meninggal. Kami berkata kepadanya bahwa dia telah meninggal. Dia bilang ya, dia tadi tersiksa maka saya sumbat lubang hidungnya sampai mati dan tenang beristirahat.
Usamah Ibn Munqidz dalam kitabnya Al-Itibar juga menceriterakan bahwa pamannya diminta oleh walikota Munaithirah (Kristen) untuk mengirimkan seorang tabib yang mengobati para sahabatnya. Paman Usamah mengutus seorang tabib Kristen (dari negeri yang sudah lama belajar ketabiban di negeri Islam), yang bernama Tsabit. Setelah sepuluh hari dari kepergiannya, dia kembali pulang, keluarga Usamah-pun menjadi terheran-heran. cepat sekali engkau mengobati mereka tanya salah seorang anggota keluarga Usamah. Tsabit kemudian bercerita bahwa disana dia disuruh mengobati seorang jawara penunggang kuda yang menderita penyakit bisul di kakinya dan seorang wanita yang menderita penyakit nasyaf (alergi). Untuk yang bisul dia sudah membuat param yang dibalurkan di atas bisulnya yang kemudian bisul itu membuka dan dia jadi baik. Sedangkan yang alergi, Tsabit memberikan resep pantangan- pantangan dan mengekang selera makannya. Tiba-tiba datanglah seorang tabib Ifrinji (Eropa), dengan ketus dia berkata: orang ini tidak tahu sedikitpun bagaimana mengobati mereka. Kemudian dia berkata kepada pasien laki-laki: mana yang engkau sukai, hidup dengan satu kaki atau mati dengan dua kaki ? pasienpun menjawab: aku lebih suka hidup walaupun dengan satu kaki. Tabib Eropa itu berkata: berikan aku satu kapak yang tajam dan seorang faris (penunggang kuda) yang kuat. Faris dan kapakpun disiapkan, lalu tabib itu meletakkan kaki pasien di atas bantal kayu, lalu memerintahkan kepada Faris untuk memotong dengan satu ayunan. Ternyata dengan satu kali ayunan kaki itu tidak putus, kemudian pada
1 Khaldun Ibrahim Salamah, Tarikh al-Hurub ash-Shalibiyah wa al-Andalus. Diktat Sejarah Program Takmili, LIPIA Jakarta,1989, hal. 50.
ayunan kedua sunsum tulangnyapun termuntahkan, dan pasien mati seketika.
Sedangkan terhadap pasien wanita itu tabib Eropa berkata: di kepalamu ini ada setan yang bertengger karena mencintaimu, cukurlah rambutmu. Setelah itu wanita tadi kembali makan pantangan yang telah disampaikan oleh Tsabit. Maka penyakit nasyafnya semakin menjadi. Tabib eropa tadi akhirnya mendiaknosa: bahwa setannya kini telah masuk ke kepalanya, maka dia mengambil alat cukur, mengupas kepala wanita itu dalam bentuk salib hingga nampak tulang tengkoraknya dan membubuhinya dengan garam, tentu saja wanita itupun menemui ajalnya.2
Gambaran terhadap keadaan Eropa pada abad pertengahan tersebut menunjukkan adanya kesalahan sejarah tentang bagaimana eksistensi kebangkitan Eropa (Barat) yang seolah-olah terlepas dari peran Islam dalam kebangkitannya.
Jasa islam terhadap kebangkitan barat modern.
Manusia modern lebih banyak berhutang dari pada yang disangkanya kepada sarjana-sarjan Islam abad pertengahan. Antara abad ke-9 dan ke-14, ahli-ahli kimia, dokter-dokter, ahli-ahli ilmu bintang, ahli-ahli matematika, ahli-ahli ilmu bumi, ahli-ahli muslim lainnya, bukan hanya menghidupkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yunani, melainkan memperluas jangkauannya, meletakkan dan memperkuat dasar-dasar, tempat tumpuan bagi terbitnya ilmu pengetahuan modern.
Itulah sepenggal kutipan dari seorang Barat ahli sejarah sains mengenai besarnya konstribusi peradaban muslim abad pertengahan terhadap sains modern. Fakta sejarah yang sempat digelapkan itu kini muali terungkap dan diakui.
Robert Stephen Briffault (1948-1976), dalam The Making of Humanity menulis meski tak satu aspekpun pertumbuhan Eropa tak dipengaruhi secara menentukan oleh kebudayaan islam, pengaruh yang paling jelas dan penting adalah sains-sains kealaman (Natural sciences) dan ruh ilmiah (Scientific Spirit).
Sains adalah sumbangan terbesar peradaban Islam kepada dunia modern, tetapi buahnya lambat masaknya. Daru tak lama setelah kebudayaan Moor (Arab Spanyol) terbenam kedalam kegelapan, maka raksasa yang dilahirkannya bangkit dalam keperkasaannya. Bukan hanya sains yang telah menghidupkan kembali Eropa, melainkan pengaruh peradaban Islam yang lainnya juga menghidupkan Eropa.4
Selain itu masih banyak sarjana Barat yang mengungkapkan besarnya sumbangan pemikiran dan sains Islam terhadap Barat, bahkan Dunia modern pada umumnya termasuk Thomas Arnold, Alfred Guillame, George Anawati, Gustave Lebon, George Sarton,
R.P.A. Dozy, John William Droper, dan lain-lain.
Pengakuan Barat berhutang kepada Islam juga dinyatakan oleh para politisi Barat seperti Robin Cock menteri luar negeri Inggris, dalam pidatonya di markas sekte Ismailiyyah London pada tanggal 8 Oktober 1998 M. Robin berkata: markas ini adalah inti dari musium arsitektur Islam dan sebaik-baik pengingat bagi kami di jantung kota London ini bahwa akar kebudayaan kami bukan saja Yunani atau Romawi, tetapi juga Isllam. Kesenian Islam, ilmu-ilmu dan filsafat Islam telah membantu pembentukan perkembangan kami, telah berjasa dalam mengkondisikan pertumbuhan orang-orang kami, telah membentuk cara berfikir dan cara hidup kami dan dialah yang membuat kami bisa menghitung dengan cara yang benar.
Sesungguhnya peradaban kami berhutang banyak kepada Islam, hutang yang tidak boleh dilupakan oleh generasi Eropa (Barat)
.
sungguh Barat benar-benar berhutang kepada Islam dengan hutang yang tak berbilang, Islam telah meletakkan dasar-dasar pemikiran dalam berbagai bidang yang besar dan penting di dalam kebudayaan Barat. Mulai dari angka-angka Arab yang kita pakai hingga pemahaman kita terhadap cakrawala langit (Aflak). Sesungguhnya sangat banyak lagi dari dasar-dasar hadharah kami kembali kepada jasa dan karunianya kepada ilmu Islam.5
Kontak Barat Dengan Islam dan Pengaruhnya
Andalusia (Spanyol)
Inilah pusat kontak yang terpenting. Pada abad ke-9 ibu kota Andalusia, Qurthubah (Kordova) yang memanjang dalam 20 mill dengan lebar 6 mill telah tampil layaknya kota metropolitan di abad modern ini jalan-jalan yang rapi lengkap dengan penerangannya, taman-taman, hotel-hotel, pusat-pusat perbelanjaan, masjid-masjid, istana-istana, gedung-gedung dan Unuversitas-Universitasnya mewarnai megahnya Kordova. Para pencari ilmu dari Eropa Barat telah berduyun-duyun mendatangi mendatangi Andalusia untuk menimba ilmu. Kejayaan ini mencapai puncaknya pada abad ke-11 M. ketika para ulama dan pakar muslim berdatangan ke Andalusia dari Iraq, Syam dan Mesir, karena pemerintah Muslim Andalusia benar- benar memberi tempat terhormat bagai para ilmuwan. Mereka memboyong literatur-leteratur dari Timur dalam berbagai ilmu ke Andalusia. Dinamika keilmuan dan peradaban ini terus berlanjut sekalipun kekuasaan muslim Spanyol tercabik-cabik.6
Di Toledo, wilayah yang telah direbut kembali oleh orang- orang Nasrani (oleh Alvonzo VI)7 terdapat Masjid dan perpustakaan yang amat kaya dengan literatur. Orang-orang Arab campuran (muwallad) dan Yahudi bekerjasama dengan Nasrani Spanyol dalam proyek penerjemahan besar-besaran, misalnya Johannes Hispanus, Gundi Salinus, juga Gerard de Cremora (1114-1187) penerjemah itali yang pergi ke Toledo, Michael orang Skot dan Herman orang Jerman (antara 1240-1246), mereka mempelajari matematika, fisikan, kedoklteran astonomi kimia, dari Universitas-Universitas di Kordoba, Toledo (Thulaithulah), Sevila (Isybiliyah) dan Granada (Gharnathah).8 Selain mereka dikenal pula Adelhard dari Bath,
Robert dari Chester, Stephen dari Saragosa (Sarqusah), William dari Yunis, Philip dari Tripoli (Tharabulus). Mereka inilah yang membawa hasil-hasil pemikiran dan sains Islam ke Eropa Kristen. Penerjemahan dilakukan dari bahasa Arab ke bahasa latin dan juga Ibrani untuk kemudian diterjemahkan lagi kebahasa-bahasa Eropa,9 dengan menghilangklan nuansa Islamnya.
Untuk kepentingan misi ini didirikanlah lembaga-lembaga pengajaran Bahasa Arab, Ibrani dan Yunani. Dari lembaga yang ada di Toledo berhasil dicetak orang-orang seperti Raymond Martin (abad ke-13), Raymond Lull (1316) yang mendirikan departemen bahasa asing di Universitas-Universitas Eropa. Gerkan penerjemahan ini di dorong oleh Alfonzo yang bijak dari Catilla (Qastalah).
Shaqaliyyah (Sisilia)
Sains Islam, khususnya kedokteran dipelajari di Salerno (ibu kota Sisilia), penerjemahan besar-besaran dilakukan terutama oleh Constantinus Africanus (1087 M) yang beruntung menjadi murid dari seorang muslim Arab. Dia menerjemah karya-karya Hippocrates dan Gales dari Arab ke Latin. Selain juga menerjemahkan karya-karya orisinil sarjana-sarjana muslim.
Pada abad XII M, terjadi penerjemahan besar-besaran karena dorongan dari Frederick II dan Roger II, dalam waktu 25 tahun saja Frederick telah berhasil mengumpulkan seluruh karya Ibn Rusyd setelah kematian filosof itu (1198 M). dia juga mengundang Michael orang Scot untuk mengetuai tim penerjemah yang dipilihnya. Kemudian Frederick-lah yang membawa hasil-hasil terjemahan ini ke berbagai Universitas-Universitas di Eropa melewati Itali. Dengan demikian Loraire, Liege, Gorze, Cologne menjadi pusat-pusat studi hasil pemikiran dan sains Islam.11
Kontak perdagangan (kontak pribadi)
Kontak pribadi antara Kristen di wilayah Timur (Bizantium) dan Orang Islam terjadi di Syiria, Merir, dan Persia, setelah wilayah- wilayah itu ditaklukkan oleh ekspedisi-ekspedisi Islam sejak masa Umar Ibn Al-Khattab. Oleh sikap toleransi kaum muslimin mereka dapat mengikuti kegiatan-kegiatan intelektual dan kebudayaan kaun muslimin. Orang-orang kristen Timur memiliki Ilmuwan-ilmuwan sendiri, ikut membantu penerjemahan karya-karya Yunani kedalam
bahasa Arab.12 Kontak pribadi ini tentu bersifat lebih umum dari pada perdagangan.
Konstantinopel.
Pada masa pemerintahan Muhammad II (pertengahan abad ke-15 M). kerajaan Turki Usmani telah mencapai puncak kejayaannya. Sehingga pada tanggal 29 Mei 1453, Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang terkuat , lambang Imperium Bizantium. Dengan demikian para Khilafah Utsmani mengakhiri abad kegelapan di Eropa dan memberikan cahaya baru.
Suatu yang unik, ketika Konstantin II meminta bantuan kepada Paus untuk menyatukan gereja ortodoknya dengan gereja Katolik Roma demi menghadapi Turki Utsmani, penduduk Konstantinopel menentang persatuan itu bahkan mereka lebih memilih melihat surban-surban orang muslim berada di jantung ibu kota mereka dari pada melihat peci tokoh katolik di sana.13
Dengan dipindahkannya Ibukota Khilafah Utsmaniyah ke Konstantinopel (Istambul) maka berahirlah kekuasaan Bizantium dan Konstantinopel memasuki babak baru yang penuh dengan ilmu, kemakmuran dan kemajuan.
Di Konstantinopel ini terjadi kontak antara muslim dan kristen ortodok. Tindakan Turki Utsmani yang toleran terhadap non muslim makin membantu terjadinya proses transpormasi nilai-nilai Islam ke Barat. Disini tidak terlalu banyak pengaruh sains Islam terhadap Barat. Sebab barat ketika itu sedang serius mempelajari dan mengembangkan sains Islam yang sudah diboyong dua abad sebelumnya, bahkan pada akhirnya Barat melampaui Turki Utsmani.
0 Komentar