Menangani Bullying Melalui Bimbingan

Nama : Agustia Rahayu

NIM : 602201010003

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

Makul : Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Suryani M. Pd


MENANGANI BULLYING MELALUI BIMBINGAN

            Bullying merupakan suatu tindakan kenakalan yang tidak bisa dianggap ringan karena memiliki dampak psikis yang tidak kecil bagi semua orang yang terlibat di dalamnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tindak bullying dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu: langsung dan tidak langsung. Tindak bullying langsung mencakup 1) tindakan fisik memukul, menendang, menampar, merebut barang, dan lain-lain; 2) tindakan verbal mengejek/mengolok-olok, menyebut sesuatu berbau SARA, meminta uang/barang atau melakukan sesuatu dengan ancaman. Secara tidak langsung, tindakan bullying meliputi mengisolasi, memojokan, memanipulasi pertemanan, menyebarkan rumor, menulis “surat kaleng”, dan sebagainya.

         Tindak bullying yang terjadi di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA/SMK tampaknya tidak memadai jika hanya dipandang sebagai kejadian yang melibatkan dua aktor saja, pem-bully /penindas (bully) dan korban/yang tertindas (victim). Sebagai peristiwa kelompok tindakan bullying  melibatkan banyak aktor dengan berbagai peran. Pada peristiwa tersebut aktor-aktor tersebut baik langsung maupun tidak membuat tindak bullying itu terjadi. Aktor-aktor yang dimaksud meliputi: pem-bully, rekan/asisten pem-bully,, korban, pembela, dan penonton. Pem-bully adalah aktor utama yang menyebabkan perilaku bullying terjadi karena dialah yang mempunyai inisiatif dan melakukan tindakan bullying. Ketika pem-bully melaksanakan aksinya biasanya ia ditemani oleh rekannya, yang berperan sebagai asisten/fasilitator, inspirator, dan penyemangat (motivator) bagi si pem-bully dalam menjalankan aksinya serta sebagai martir menghadapi pembela korban. Aktor ketiga adalah yang menjadi objek penderita tindak bullying, korban (victim). Ia adalah pihak yang dianggap lemah dan tidak mampu melaksanakan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan yang diarahkan padanya. Sehingga ketika terjadi tindak bullying, orang dekat korban yang memiliki kekuatan biasanya muncul sebagai pembela (defender). Tidak jarang perkelahian terjadi antara pem-bully/assistennya dan pembela pada saat peristiwa bullying terjadi. Adapun aktor terakhir dalam peristiwa bullying adalah penonton (bystander). Mereka adalah orang-orang yang menyaksikan tindakan bullying terjadi dan mereka tidak melakukan tindakan membantu pem-bully ataupun membela korbannya. Dengan kata lain mereka hanya melihat dan abstain dalam penyikapan terhadap tindak bullying tersebut. Diamnya penonton ini ketika terjadi tindakan penindasan dapat membuat aman pem-bully dalam menjalankan aksinya dan biasanya dipersepsikan baik oleh pem-bully maupun korban sebagai pihak yang menyetujui tindak bullying.       

Bimbingan untuk menangani bullying ini dapat berupa upaya preventif yang bersifat pencegahan terjadinya tindak bullying dan upaya kuratif yang dilakukan pasca peristiwa bullying. Bimbingan preventif dapat berupa upaya memunculkan pemahaman dan kesadaran bahwa tindak bullying tidak dapat diterima baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Bimbingan yang bersifat kuratif arahannya tergantung pada peran-peran yang dimainkan oleh semua orang yang ada ketika peristiwa bullying itu berlangsung. Bagi korban dan terkadang pembela yang menjadi korban dampak yang paling besar adalah pada keadaan kejiwaannya (gelisah, stress, atau depresi), sehingga bimbingan untuk korban/pembelanya diarahkan pada bagaimana mengupayakan agar ia mampu menangani gejolak kejiwaannya sehingga mencapai keadaan yang normal dan sehat. Bagi pembela yang melakukan konfrontasi dengan pem-bully secara langsung karena memiliki kekuatan yang seimbang atau lebih besar, bimbingan diarahkan pada pengendalian diri dan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan tentang mencegah/mengatasi tindak bullying secara berterima. Bagi pem-bully dan asistennya yang memiliki agresivitas tinggi, bimbingan diarahkan pada pengendalian diri terhadap sikap/perilaku agresif dan penumbuhan keyakinan, sikap, dan perilaku sosial yang sehat/ normal. Adapun bagi penonton yang menyaksikan episode-episode bullying sehingga menganggap kejadian semacam itu lumrah/atau lazim adanya, maka bimbingan diarahkan pada pemunculan pemahaman bahwa tindak bullying itu merupakan tindakan yang tidak dapat diterima dalam lingkungan sosial yang beradab dan mengajarkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah, mengatasi, atau menghentikan tindakan bullying tersebut.


Posting Komentar

0 Komentar