TAFSIR AL-FATIHAH AYAT 6 TAFSIR ATH THABARI

 



{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ }

Tunjukilah Kami Jalan yang Lurus

(Qs. Al Fatihah [1]: 6)

 

Penakwilan firman Allah SWT: اهْدِنَا  (tunjukanlah kami)

Abu Ja’far berkata: menurut kami firman Allah SWT, اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ artinya yaitu, berilah kami taufik untuk tetap berpegang teguh padanya, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas”

174.  Abu karib menceritakan kepada kami, dia berkata: Utsman bin Sa’id menceritakan kepada kami, dia berkata: Basyar bin Imarah menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Rauq menceritakan kepada kami dari Adh-Dhahak, dari Abdullah bin Abbas, dia berkata: Jibril berkata kepada Muhammad SAW, “Dan ucapkanlah wahai Muhammad اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ .” Maksudnya, Tunjukanlah kami jalan yang lurus.

Petunjuk jalan yang lurus artinya taufik dari Allah yang diberikan kepadanya, sesuai penakwilan kami. Dan maknanya senada dengan makna اِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ , yaitu permohonan hamba kepada Tuhannya agar diberikan taufik untuk tetap konsisten menjalankan kebajikan dan ketaatan selama hayat masih dikandung badan, sebagaimana ayat     اِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُmaknanya adalah permohonan seoang hamba  kepada Tuhannyaagar diberikan pertolongan dalam melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepadanya selama hidupnya. Jadi, makna ayat secara utuh adalah, “Ya Allah, hamba kepada-Mu kami menyembah, tiada sekutu bagimu-Mu, kami memurnikan ibadah hanya untuk-Mu dan bukan untuk sesembahan yang lain, maka tolonglah kami dalam beribadah kepada-Mu, dan berilah kami taufik untuk tetap konsisten mengikuti jalan yang lurus seperti orang-orang yang Kau beri nikmat dari para nabi dan kekasih-Mu.”

Jika ada yang berkata, “Dari mana Anda dapatkan kata hidayah berarti taufik dalam bahasa Arab?”

Jawabannya: Sangat banyak buktinya, bahkan tidak terhitung jumlahnya. Diantaranya adalah perkataan penyair-penyair berikut ini:

لا تحرِ مِنِّى هداك الله مسآلتى # ولا آكونَنْ كَمَن آودى به السفر

Janganlah Anda Melarangku

Semoga Allah membeikan taufik kepadamu untuk memenuhi keperluan, dan aku tidak akan seperti orang yang menjadi korban perjalanan.

 

ولا تُعْجِلَنِّى هداك المليك # فَاِنَّ لِكُلِّ مَقَامٍ مَقالا

Janganlah membuatku tergesa-gesa

Semoga Allah memberikan taufik kepadamu, sesungguhnya setiap tempat memiliki perkataannya masing-masing.

Firman Allah Ta’ala وَاللهُ لَا يَهْدِى القَوْمَ الظَّالِمِيْنَ   yang artinya, Allah tidak akan memberikan taufik kepada orang –orang yang zhalim dan tidak akan melapangkan dada mereka untuk menerima kebenaran serta keimanan.

Sebagian orang berpendapat bahwa kata اهْدِنَا  artinya: berilah kami tambahan petunjuk. Pendapat ini tidak terlepas dari dua hal: entah yang mengatakannya mengira bahwa Rasulullah SAW diperintahkan agar meminta tambahan penjelasan kepada Tuhannya, atau meminta tambahan pertolongan dan taufiknya.

Jika dia mengira bahwa Rasulullah SAW meminta tambahan penjelasan maka itu tidak benar, karena Allah tidak membebankan suatu kewajiban terhadap hamba-Nya kecuali telah memberikan penjelasan kepadanya beserta dalil-dalilnya. Bila demikian pula maknanya, berarti dia diperintahkan untuk berdoa kepada Tuhannya agar menjelaskan kepadanya apa yang diperintahkan-Nya, dan doa seperti ini dianggap menyalahi ketentuan, karena Allah tidak mewajibkan suatu kewajiban kecuali telah memberikan penjelasan kepadanya, atau diperintahkan untuk berdoa kepada Tuhannya agar memberikan kewajiban yang belum diperintahkan kepadanya. Kesalahan pada sisi ini membuktikan bahwa   اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ  maknanya bukan jelaskanlah jepada kami kewajiban-kewajiban-Mu dan hokum-huku-Mu.

Atau dia mengira bahwa Rasulullah SAW diperintahkan untuk meminta kepada Tuhannya tambahan pertolongan dan taufik. Jika demikian maka dia tidak akan lepas dari dua kemungkinan; meminta tambahan pertolongan atas apa yang telah dilakukannya, atau meminta tambahan pertolongan atas apa yang akan dilakukannya. Kebutuhan hamba yang sangat mendesak kepada pertolongan dalam melaksanan sesuatu yang tidak diketahuinya membuktikan bahwa permintaan tambahan disini menyangkut pekerjaan yang akan dilakukannya. Bila demikian maka benarlah apa yang kami katakan, bahwa dia adalah permohonan taufik seorang hamba kepada Tuhannya agar dapat menunaikan kewajiban yang dibebankan kepada selama hayat masih dikandung badan.

Dengan kebenaran pendapat kami, maka rusaklah pendapat Qodariyah yang mengatakan bahwa setiap kewajiban telah diberikan pertolongan tertentu sehingga seorang hamba tidak perlu memintanya, karena jika demikian maka sia-sialah firman Allah SWT, اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ, اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ. Maha suci Allah dari sesuatu yang sia-sia.

Sebagian orang mengira bahwa  اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ  artinya: tunjukilah kami jalan ke surga, seperti firman Allah SWT,   فَآهْدُوْهُمْ اِلى صِرَاطِ الجَحِيْمِ  “Maka tunjukilah jalan mereka ke neraka”  (Qs. As-Shaffaat [37]:23).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         

Juga seperti perkataan Tharfah bin Al Abd dalam  syairnya berikut ini:

للفى عقلٌ يعيش به # حيث تهدى ساقه قدمه

Seorang pemuda memiliki akal yang dengannya dia hidup,

Kemanapun kakinya melangkah memberikan petunjuk

Namun pendapat ini tidak benar, karena para ahli tafsir dari para sahabat dan tabi’in  telah sepakat bahwa kata  الصِّرَاطَ dalam ayat ini maknanya bukan seperti yang mereka pahami, yang kata وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ  artinya adalah permohonan hamba kepada Tuhannya agar diberikan pertolongan dalam menunaikan ibadah. Juga kata اهْدِنَا yang artinya adalah permohonan hamba kepada Tuhannya agar diberikan keteguhan dalam mengikuti petunjuk selama hayat masih disandung badan.

Orang Arab berkata, هديت فلانا الطريق, وهديته للطريق, وهديته الى الطريق   yang arti semuanya sama, yaitu: aku menunjuki fulan kepada suatu jalan. Semua gaya ungkapan terdapat dalam Al-Qur’an,

 وَقَالُوالحَمْدُ للهِ آلَّذيى هَدٰنَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَوْلَآ آنْ هَدٰنَا اللهُ  “Dan mereka berkata, “Segala puji pagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk’.” (Qs. Al A’raaf[7]:43).

¨bÎ) zOŠÏdºtö/Î) šc%x. Zp¨Bé& $\FÏR$s% °! $ZÿŠÏZym óOs9ur à7tƒ z`ÏB tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊËÉÈ #\Å2$x© ÏmÏJãè÷RX{ 4 çm9u;tGô_$# çm1yydur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 8LìÉ)tGó¡B ÇÊËÊÈ

 

 “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah Telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (Qs. An-Nahl [16]:120-121)

اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ  “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus.”  (Qs. Al Fatihah [1]:6)

Jadi, gaya ungkapan seperti ini tidak asing dalam ungkapanArab, seperti ucapan penyair berikut ini:

اَسْتَغْفِرُاللهَ ذَنْبًا لَسْتُ مُحْصِيَهُ  #  رَبُّ العِبَادِ ٳِلَيْهِ الوَجْهُ وَالعَمَلُ

“Aku mohon ampun kepada Allah atas dosa yang tidak dapat aku hitung, Tuhan manusia yang wajah dan amal dihadapkan kepada-Nya.”

 

Juga seperti Firman Allah SWT,فَاصْبِيْرْوَعْدَاللهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِا العَشِيِّ وَالإِبْكٰرِ   “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan bertasbihlah seaya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi ” (Qs. Ghaafir[40]:55)

Masih banyak lagi contoh-contoh lainnya dari perkataan Arab, namun yang kami sebutkan ini cukup menjadi dalil atas kebenaran pendapat kami.

Penakwilan ayat: الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْم   (jalan yang lurus)           

Abu Ja’far berkata: Para  ahli tafsir sepakat bahwa kata الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْم   artinya jalan lurus yang tidak berliku. Demikian orang Arab mendefinisikan kata tersebut, seperti ucapan Ja’far bin athiyah Al Khathfi berikut ini.

                   اَمِيْر المُؤمِنيْنَ عَلَى صراط  #  اذا اعوجّ الموارد مستقيم  

Amirul mukminin berada pada jalan yang benar, meskipun jalan-jalan lain beliku.

Juga ucapan penyair Rajiz:

فَصَدَّ عَنْ تَهْجِ الصِّرٰطِ القَاصِدِ

Lalu dia menghalangi dari mengikuti jalan yang lurus.

Masih banyak lagi bukti-bukti yang lain, namun kami mencukupkan dengan ini. Kemudian orang Arab meminjam kata الصِّرٰطِ untuk digunakan pada setiap perkataan dan perbuatan yang dinilai lurus atau condong. Jika lurus disebutnya مستقيم   dan jika condong disebutnya معوج

            Menurutku, makna yang paling tepat dalam penakwilan ayat اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ adalah: berilah kami taufik untuk tetap konsisten dalam mengikuti perkataan dan perbuatan yang Engkau ridhoi seperti orang-orang shaleh yang Kau beri nikmat, dan itulah jalan yang lurus. Barangsiapa diberikan taufik seperti orang-orang shaleh dari para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada’ maka dia telah diberikan taufik kepada Islam, membenarkan para rasul, berpegang teguh pada Al Kitab, mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, serta mengikuti minhaj Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, setiap hamba yang shaleh. Semua itu termasuk jalan yang lurus.

Terdapat sejumlah pendapat yang berbeda dari para ahli Qur’an tentang makna  الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ , yang semuanya mencakup penakwilan yang kami pilih. Diantaranya adalah riwayat Ali bin Abi Thalib RA dari Rasulullah SAW, bahwa belia menyebutkan Al Qur’an lalu bersabda,

هُوَ الصِّرٰطَ المُسْتَقِيْمُ

“Itu adalah jalan yang lurus”

175.     Musa bin Abdurrahman Al Masruqi menceritakan hal itu kepada kami, dia berkata: Husain Al Ju’fi menceritakan kepada kami dari Hamzah Az Ziyat, dari Abu Al Mukhtar Ath Tha’i, dari Ibnu Ukhai Al Kharits, dari Al Kharits, dari Ali, dari Rasulullah SAW.

176.     Ismail bin Abu Karimah menceritakan kepadaku, dia berkata, Muhammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Abu Sinan dari Amru bin Murrah, dariAbu Al Bakhtari, dari Al Harits, dari Ali, dari Rasulullah SAW,yang sepertinya.

177.     Ahmad bin Ishaq Al Ahwazi menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Ahmad Az-Zubairi menceritakan kepada kami, dia berkata: Hamzah Az-Ziyat menceritakan kepada kami dari Abu Al Mukhtar Ath Tha’i, dari Ibnu Akhi Al Harits, dari Ali, dia berkata: Jalan yang lurus adalah Kitabullah Ta’ala.

178.     Ahnad bin Ishaq Al Ahwazi menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Ahmad Az-Zubairi menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, Muhammad bin Humaid Ar-Razi menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Manshur, dari Abu Wail, dia berkata: Abdullah berkata, “Jalan yang lurus adalah Kitabullah”.

179.     Mahmud bin Khidays Ath-Thaliqani menceritakan kepadaku, dia berkata, Hamid bin Abdurrahman Ar-Ru’asi menceritakan kepada kami, dia berkata: Ali dan Al Hasan bin Shalih menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail, dan Jabir bin Abdullah tentang ayat اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ  bahwa maksudnya adalah Islam. Itu lebih luas daripada langit dan bumi.

180.     Abu Karib menceritakan kepada kami, dia berkata: Utsman bin Sa’id menceritakan kepada kami, dia berkata: Basyar bin Imarah menceritakan kepada kami, dia berkata: dari Ad Dhahak, dari Abdullah bin Abbas, dia berkata: Jibril berkata kepada Muhammad SAW, Katakanlah wahai Muhammad اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ Maksudnya adalah, tunjukilah kami jalan yang lurus,yaitu agama Allah yang tiada berliku.

181.     Musa bin Sahl Ar-Razi menceritakan kepada kami. Dia berkata: Yahya bin Auf menceritakan kepada kami dari Al Furat bin As-Sa’ib, dari Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas tentang ayat  اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ, dia berkata Islam.

182.     Mahmud bin Khidays menceritakan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Rab’iah Al Kitabi menceritakan kepada kami dari Ismail Al Azraq, dari Abu Umar Al Bazzar, dari Ibnu Al Hanafiyah, tentang ayat اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ, dia berkata, “Maksudnya adalah agama Allah, dan tidak diterima selainnya.”

183.     Musa bin Harun Al Hamdani menceriakan kepada kami. dia berkata: Amru bin Thalhah Al Qannad menceritakan kepada kami, dari As-Suda, dari Abu Malik, dari Abu Shali, dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al Hamdani, dari Ibnu Mas’ud, dan dari sejumlah sahabat Rasulullah SAW. Tentang ayat اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ, dia berkata, “Islam.”

184.     Al Qhasim bin Al Hasan menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Husain bin Daud menceritakan kepada kami, dia berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij, dia berkata: Ibnu Abbas berkata   اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ, maksudnya jalan.

185.     Abdullah bin Katsir Abu Shadif Al Amili menceritakan kepada kami, dia berkata: Hasim bin Al Qasim menceritakan kepada kami, dia berkata: Hamzah bin Al Mughirah menceritakan kepada kami dari Ashim, dari Abu Aliyah, tentang firman Allah SWT,  اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ dia berkata, “Maksudnya adalah Rasulullah SAW dan dan dua orang sahabat sesudahnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Aku lalu menceritakan hal itu kepada Al Hasan, dan dia berkata. “Benar apa yang dikatakan Abu Aliyah.”

186.     Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata,  اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ maksudnya adalah Islam.

187.     Al Mustanna menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Shalih menceritakan kepada kami, dia berkata: Muawiyah bin Shalih menceritakan kepadaku bahwa Abdurrahman bin Jubair menceritakan kepadanya dari bapaknya, dari Nawwas bin Sam’an Al Anshari, dari Rasulullah SAW bersabda,

          ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا  

“Allahmembuat Perumpamaan jalan yang lurus”

Jalan yang lurus adalah Islam.

188.     Al Mutsanna menceritakan kepada kami, dia berkata: Adam Al Asqalani menceritakan kepada kami, dia berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Muawiyah bin Shalih, dari Abdurrahman bin jubair bin Nufair, dari bapaknya, dari Nawwas bin Sam’an Al Anshari, dari Rasulullah SAW dengan Riwayat yang sama.

            Abu Ja’far berkata: Alasan Allah menyebutnya dengan Mustaqim adalah dia benar dan tidak ada kesalahan padanya. Namun sebagian orang yang tidak mengira bahwa sebab dinamakan Mustaqim adalah, dia meluruskan pelakunya ke surga.



Posting Komentar

0 Komentar