![]() |
KH. Umar Baqi |
KH. Umar Baqi’ lahir di desa Sungai Salak pada tanggal 1 Juli tahun 1939. Masa kecil beliau habiskan di Sungai Salak. Saat umur sembilan bulan beliau pernah “diludahi” mulutnya oleh Syaikh Adurrahman Siddiq. Kemudian saat remaja sekolah Sekolah Rakyat (SR) di Pasar Sungai Salak. Setelah itu, melanjutkan di Tungkal yakni Perguruan Hidayatul Islamiyah (PHI) dan guru-guru beliau di Tungkal adalah Syaikh Abdul Wahab, Syekh Muhammad Daud Arif dan Ust. Haji Kasful Anwar al-Hafiz. Kemudian beliau belajar di pondok pesantren As'ad di Jambi dan guru-guru beliau adalah Syekh Abdul Qodir. Adapun guru KH. Anang Zuhri dari Sungai Salak dan guru-guru yang di tembilahan seperti KH. Muis Kurnain, Tuan Guru H. Sabran, KH. Darmawi Acil, KH. Sa'dullah Hudari, H. Ali dari Teluk Kiambang, dan Tuan Guru Abdul Fattah Mumpa.
Diantara murid-murid beliau sangat banyak namun tidak tercatat secara detail karena beliau mengajar di beberapa tempat misalnya mengajar di majelis taklim al-Ridha parit 8, pengajian di parit 5, pengajian parit 4 serta pengajian di surau cendana parit 8. Beliau termasuk orang yang berkhidmat kepada ilmu dan penuntut ilmu. Beliau tidak malu dan segan untuk datang ke tempat-tempat pengajian guru-guru yang hidup semasanya bahkan menghadiri pengajian murid-muridnya meski dalam keadaan sakit.
Beliau salah satu ulama yang bertarekat Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang sanadnya langsung diambil dari Syekh Ali Tungkal. Berikut ini adalah runtutan sanadnya adalah al-Hajj Umar Baqi dari Sayikh KH. Muhammad Ali bin al-Syaikh H. Abdul Wahab dari al-Syaikh Muhammad Nawawi dari al-Syaikh Muhammad Munir dari al-Syaikh Zarkasyi dari al-Syaikh Abdul Karim dari al-Syaikh Ahmad Khatib Syambas dari al-Syaikh Syamsuddin dari al-Syaikh dari al-Syaikh Muhammad Murad dari al-Syaikh Abdul Fattah dari al-Syaikh Usman dari al-Syaikh Abdul Rahim dari al-Syaikh Abu Bakar dari al-Syaikh Yahya dari al-Syaikh Hisamuddin dari al-Syaikh Waliuddian dari al-Syaikh Nuruddin dari al-Syaikh Syarafuddin dari al-Syaikh Syamsuddin dari Muhammad Hatak dari al-Syaikh Abdul Aziz dari al-Syaikh Sulthanul Aulia dari al-Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dari al-Syaikh Abi Sa’id Makhzumi dari al-Syaikh Abi Hasan al-Hakari dari al-Syaikh Abu al-Faraj al-Thurthusi dari al-Syaikh Abdul Wahid al-Tamimi dari al-Syaikh Abu Bakar al-Sibly dari al-Syaikh Junaidi al-Baghdadi dari al-Syaikh al-Sirry al-Suqutyi dari al-Syaikh Makruf al-Karakhi dari al-Syaikh Abi al-Hasan bin Musa al-Ridha dari al-Syaikh Musa al-Kadhimi dari al-Syaikh Imam Jakfar al-Shadiq dari al-Syaikh Muhammad al-Baqar dari al-Syaikh Imam Zainal Abidin dari al-Syaikh al-Husin dari Bapaknya Saidina Ali dari Saidil Mursalin Shallallahu Alaihi Wa Sallam dari Sayyidina Jibril Alaihi Salam dari Rabbul Alamin Huwa Allahu Subhanahu wa ta’ala. Sanad ini diperoleh pada 28 bulan Nopember 1994 bertepatan 24 Jumadal Akhir 1414 H.
KH. Umar Baqi menikah dengan Ibu Jariyah pada tahun 1962. Dari hasil pernikahan ini beliau dikaruniai 13 orang anak, laki-laki ada 6 perempuan 7 kesemuanya sudah wafat dan tinggal satu anak perempuan bernama Ibu Hamidah. Ibu Hamidah menikah dengan ust. Nofriadi pada tahun 2016 dan hasil pernikahan ini dikaruniai empat anak, tiga anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Salah satu amalan yang beliau sering lakukan adalah membaca kitab Dalailul Khairat dan Kitab Jawahir al-Saniyyah fi al-Shalawat ala Khairi al-Bariyyah yang ditulis oleh Al-Syaikh Ahmad Jauhari Umar bin Muhammad Ishaq. Ijazah kitab Dalailul Khairat dari Syaikh Muhammad Ali Wahab dan ijazah kitab Jawahir al-Saniyyah fi al-Shalawat ala Khairi al-Bariyyah dari Kh Muhammad Ainani. Beliau dikenal ahli dibidang tauhid dan fiqih. Beliau sangat tegas dalam hal-hal ushul (pokok agama), sementara dalam bidang-bidang furu’ (cabang) beliau cenderung demoktratis demi persatuan masyarakat tetap terjalin secara baik.
Banyak diantara masyarakat yang datang ke beliau untuk meminta ijazah wirid dan meminta solusi atas persoalan-persoalan agama, sehingga beliau menjadi contoh dan tauladan dalam bermasyarakat baik kehidupan beragama dan kehidupan sosial. Maka tidak heran jika beliau dikenal tokoh “pemersatu dalam perbedaan.”Selain itu dikenal sebagai tokoh yang sederhana, tidak menonjolkan diri dan akrab dengan semua lapisan masyarakat baik dari kalangan “preman” maupun masyarakat biasa. Bahkan beliau tidak mau dipanggil kiyai meski ilmu agama beliau sangat mumpuni. Selain itu, beliau salah satu tokoh yang mengilhami berdirinya Masjid Yamp Al-Ikhlas sekaligus yang memberi nama masjid “Al-Ikhlas.”
Ada beberapa amalan KH. Umar Baqi yang disampaikan kepada penulis dari anak dan menantunya adalah seperti amalan sebelum tidur yakni membaca kalimat Bismillahirrohmanirrohim sebanyak 21 kali sebelum tidur. Kemudian amalan shalat sunah Subuh pada rakaat pertama membaca surat Al-Fil. Pada Tahun 1979 beliau menunaikan ibadah haji bersama istri. Sepulang dari Haji sampai menjelang wafat beliau selalu menggunakan burqa (ikat kepala putih) bahkan saat wafat burqa ini pakaiakan pada jenazah beliau. Menjelang wafat beliau didatangi oleh beberapa ulama seperti guru Baihaqi dan guru Maksum dan beberapa ulama lainnya. Setiap ada ulama maupun masyarakat yang menemui beliau, beliau selalu meminta didoakan agar diberikan keselamatan di dunia dan di akhirat.
Beliau wafat pada pada tanggal 10 Maret 2021 pada pukul 17:30. Jenazah di shalatkan di Masjid Yamp Al-Ikhlas parit 7 yang dihadiri ratusan jamaah (seramai orang-orang shalat jum’at). Kemudian jenazah dikebumikan di lingkungan Pondok Pesantren al-Baqiyat al-Sa’diyah.
0 Komentar