AMTSAL AL-QUR’AN
Fitri Zunnur’ain
A. PENDAHULUAN
Amtsal merupakan salah satu gaya bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesannya, menggugah manusia agar selalu menggunakan akal fikirannya secara jernih dan tepat. Berdasarkan pemikiran tersebut, ada sebagian ulama berusaha memfokuskan perhatiannya berusaha mengkaji gaya bahasa dan susunan Al-Qur’an dalam bentuk amtsal serta mencari rahasia dibalik ungkapan itu . Amtsal dalam Al-Qur’an merupakan visualisasi yang abstrak yang dituang dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding, maka untuk dapat memahami secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang cermat dan mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan ilmu Balaghah. Amtsal Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang menggunakan kalimat misal atau perumpamaan dalam Al-Qur’an. Nilai sastra yang tertuang dalam untaian bahasa Al-Qur’an yang berupa amtsal merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh karena itu nilai kegunaan sastra Al-Qur’an tidak dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun juga. Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada manusia menggunakan uslub yang beraneka ragam. Hal ini dimaksudkan agar petunjuk dan bimbingannya dapat dengan mudah diterima dan merasuk kedalam lubuk hati sanubari manusia. Diantara keunikan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah model penyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas untukdipahami. Dan salah satu metode tersebut adalah melalui ungkapan matsal (perumpamaan).
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Secara bahasa, Matsal dalam Al-Qur’an ialah mengungkapkan suatu makna dalam bentuk kalimat indah, singkat, padat, dan akurat, serta terasa meresap kedalam jiwa, baik kalimat itu dalam bentuk tasybih atau ungkapan bebas . Dalam sastra, matsal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dan sudah populer dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukkan arti keadaan, sifat, dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat Al-Qur’an
Pengertian Amtsal secara istilah atau termenologi dirumuskan oleh para ulama dengan redaksi yang berbeda-beda. Menurut Rasyid Ridha Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan menggerakkan hati Nurani. Bila didengarkan terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam . Menurut Muhammad Bakar Islam Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti’arah, kinayah , atau tasybih. Dalam memahami lebih jauh mengenai Amtsal Al-Qur’an kita bisa melihat dalam tafsir al-adabi al-ijtima’I yang mayoritas tafsirnya dimuat secara indah dan mudah dipahami karena adanya kaitan antara al-Qur’an dan realitas kehidupan masyarakat. Dalam jurnal Syahadah yang ditulis oleh Syafril, dikemukakan bahwa tafsir al-adabi al-ijtima’I memiliki dua karakteristik, yaitu, pertama, penafsiran al-Qur’an dengan merumus redaksi yang indah dan menarik dengan tujuan untuk menarik jiwa manusia dan menuntunya untuk lebih giat beramal serta menuntunya untuk lebih giat beramal serta melaksanakan petunjuk al-Qur’an. kedua menghubungkan ayat al-Qur’an dengan Sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat agar tafsir al-Qur’an dapat diterima dan dipahami lebih mudah oleh masyarakat, karena adanya kaitan apa yang terkandung dalam ayat al-Qur’an dengan realitas hidup yang mereka alami.
2. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
Secara garis besarnya, ada dua macam amtsal Al-Qur’an, yang pertama disebut secara jelas dan tegas, ini diistilahkan oleh al-Suyuthi dengan matsal zhahir musharrahunbih . Jika diamati dengan seksama, pembagian amtsal ini diperoleh gambaran bahwa dalam Al-Qur’an itu ada matsal dalam arti merupakan dua hal yang berbeda, akan tetapi ada titik kesamaan dalm aspek-aspek tertentu. Ini disebut dengan tasybih tamsili. Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan macam pertama ini (tasybih tamtisli) ialah dalam Qs. Al-Baqarah:261 Yang artinya “perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji”. Dan yang kedua disebut matsal kamin, yang menurut al-Qaththan ialah amtsal yang tidak disebutkan didalamnya lafal tamtsil secara tegas, namun ia menunjukkan kepada makna yang indah dalam ungkapan singkat, tepat, adapun ayat Al-Qur’an yang dikatagorikan sebagai bernada antara lain. Qs. An-Nisa:123, yang artinya: “siapa saja yang berbuat buruk niscaya dibalas dengan keburukan”. Sedangkan menurut Manna’ al Qaththan dan Muhammad Bakar Ismail membagi amtsal menjadi tiga macam, yaitu :
1) Amtsal almusharrahah atau alQiyasiya ialah perumpamaan yang didalamnya menggunakan lafal matsal atau sesuatu yang menunjukkan kepada pengertian lafal tersebut, Amtsal semacam ini banyak dijumpai dalam Al-Qur’an, salah satunya Qs. Ar-Ra’du:17, yang artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya, tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada dibumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan”.
2) Amtsal al Kaminah. Amtsal semacam ini dapat kita jumpai dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam Qs. Al-Baqarah: 260, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau mengihudpkan orang mati.” Allah berfirman, “ Belum percayakah engkau? Dia Ibrahim menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap). “Dia (Allah) berfirman, “ Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan diatas masing-masing bukit satu bagian, kemudia panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.
3) Amtsal al Mursalah adalah kalimat-kalimat itu bebas, amtsal ini dapat kita jumpai dalam Al-Qur’an, diantaranyaQs. An-Najm: 58 yang artinya: “Tidak ada yang dapat mengungkapkan (terjadinya hari itu) selain Allah”.
3. Faedah-faedah Amtsal
Apabila diamati berbagai Amtsal Al-Qur’an, maka ditemukan bahwa pengungkapan amtsal tersebut mengandung bermacam-macam faedah bahkan al-Qathahan sampai menyebutnya sebanyak delapan buah, dan al-Khidr Husayn menyimpulkan menjadi tujuh buah . Terlepas dari perbedaan pendapat itu, yang jelas amtsal Al-Qur’an banyak mengandung banyak faedah, namun secara kasar faedah-faedah tersebut dapat dikatagorikan kepada dua kelompok besar, pertama faedah umum ialah amtsal yang menggambarkan berita yang abstrak dalam bentuk konkret sehingga seakan-akan dapat diraba atau dipegang seperti perumpamaan Al-Qur’an terhadap hapusnya pahala berinfaq bagi mereka yang riya dengan menggambarkan bagaikan batu licin yang permukaannya tertutup oleh tanah. Kemudian datang hujan lebat menimpanya, maka habislah semua tanah itu dari atas batu tadi. Inilah yang digambarkan Tuhan dalam surah Al-Baqarah ayat 264 . Yang kedua faedah khusus, ialah kandungan kalimat atau ungkapan ayat yang mengandung amtsal itu membawa pesan khusus yang tidak ada pada kalimat amtsal yang lain, antara lain sebagai berikut :
1) Untuk menimbulkan minat dalam beribadah seperti berinfak,
2) Untuk membuat seseorang lari dari perumpamaan yang disebut dalam ayat karena perumpamaan tersebut termasuk yang dibenci oleh tabiat seperti memakan daging dari bangkai saudaranya sendiri
3) Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan (al-mumatstsal) seperti pujian Allah bagi para sahabat Rasul Allah
4) Untuk mencela
5) Untuk menjadi hujjah (argumen) atas kebenaran
C. PENUTUP
Amtsal merupakan salah satu gaya Bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesannya, menggugah manusia agar selalu menggunakan akal fikirannya secara jernih dan tepat. Amtsal Al-Qur’an sangat penting untuk diketahui, dipelajai dan difahami secara mendalam, karena penghargaan yang tinggi terhadap akal manusia, menyingkapi hakikat yang tidak nampak, dapat menyimpulkan makna yang indah dan padat dalam bentuk yang menarik, memberikan dorongan kepada manusiau untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingan dan keinginannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalil. (1992). Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Mudzakir AS. 1996. PT. Pustaka Litera AntaraNusa. Bogor
Baidan, Nashruddin. (2005). Wawasan Baru Ilmu Tafsir.
Nuryadien, Mahbub. (2008). Amtsal Jurnal Pendidikan dan Studi Islam vol 4 No. 2.
Syafril. (2019) Tafsir Adabi Ijtima’I. Jurnal Syahadah, Vol. VII, No. 1
0 Komentar