Aksya Anillah
602201010005
*BERIMAN KEPADA HAL GAIB*
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ ۚ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
"Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 22)
Seorang pemuda tiba-tiba bertanya kepada temannya, “Bagaimana kau memercayai hal-hal gaib yang disebutkan dalam alQuran, padahal kau sendiri tidak pernah melihatnya secara langsung?” Sejenak dirinya terdiam, sebelum memberikan jawabannya, “Tentu, aku memercayainya karena aku seorang muslim. Omong-omong, mengapa kau bertanya begitu?” Dia balik bertanya. “Enggak apa-apa, aku hanya sedang merenung. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering memercayai hal-hal yang kita sendiri tak benar-benar melihatnya. Kita memercayainya karena kita bisa merasakannya,” lanjutnya.
“Iya, aku setuju itu. Kita tidak pernah melihat secara langsung bagaimana wujud angin, aliran listrik dalam kabel, sinyal ponsel, dan lain-lain. Kita hanya bisa melihat efek yang ditimbulkan oleh hal-hal tadi, seperti bergeraknya bendabenda karena tiupan angin, lampu yang menyala, ponsel yang berdering, dan lain-lain.”
“Bahkan, kita juga yakin bahwa darah kita mengalir, jantung kita berdenyut, paru-paru kita mengembang-mengempis dan berbagai proses lainnya dalam tubuh, padahal tak pernahsekali pun melihatnya secara langsung. Ya, kita memercayainya karena bisa merasakan efeknya.”
Dialog di atas sekadar ilustrasi, bahwa banyak “hal gaib” yang kita yakini dalam kehidupan sehari-hari walaupun kita tak pernah sekali pun melihatnya dengan mata telanjang. Terlepas dari contoh-contoh yang disebutkan tadi, masih banyak benda di dalam perut bumi, di dasar lautan, atau di luar angkasa, yang tak mampu dikuak oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan manusia terbatas. Ada hal-hal yang tak mampu dijangkau oleh otak manusia. Inilah alasan mengapa beriman kepada hal-hal gaib adalah sesuatu yang bisa diterima akal sehat.
Keimanan kepada hal-hal gaib, seperti Zat Allah, malaikat, setan, hari kiamat, hari kebangkitan, kehidupan akhirat, juga takdir baik dan buruk, merupakan hal mutlak yang harus ada pada diri pribadi muslim. Beriman kepada semua itu, bukan hanya menjadikan kita hamba yang beruntung di akhirat nanti, melainkan juga menenteramkan jiwa kita dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutamakan Allah dalam Segala Hal
Kita sepenuhnya sadar bahwa ada Zat yang lebih besar, lebih agung dan Maha Segala-galanya. Dialah Zat yang telah menciptakan manusia dan tak akan ada kebaikan sedikit pun bagi mereka, kecuali beriman dengan segala hal gaib yang disampaikan melalui rasul-Nya. Hanya orang-orang dengan keimanan kuatlah yang mampu mengimani hal-hal gaib. Perasaan mereka bahagia karena bisa melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu, lalu menapaki jalan petunjukNya. Itulah anugerah yang tiada terkira. Ketenangan tercipta. Damai menyelusup ke dalam jiwa.
Kebahagiaan sejati datang saat kita mampu mengeluarkan sifat-sifat egois sebagai manusia, lalu memasukkan sifat-sifat peng hambaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya.
Seseorang yang mengutama
kan Allah di atas segala hal, ter
hindar dari penyakit-penyakit
kejiwaan. Gejolak dunia tidakmenjadikan guncang jiwanya. Permasalahan-permasalahan hidup tidak membebani pikiran dan hatinya. Dia tahu betul cara menyikapinya, berikut bertawakal kepada-Nya. Percaya bahwa ada kemaslahatan tersembunyi yang sedang dipersiapkan oleh Allah untuknya. Dan tentu, Dia tidak memberikan cobaan hidup kepada manusia, kecuali sesuai dengan kemampuan mereka.
—Ibnu Athaillah asSakandari
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286)
Beriman kepada hal gaib terkait ketetapan Allah untuk manusia, menghapus setiap kesedihan yang ada. Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, baik umur, harta, jabatan, maupun masa depan. Semua itu hanya titipan sementara dan manusia tak sedikit pun mampu menolak apa yang telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
Mengimani hal-hal gaib juga akan menciptakan pribadipribadi yang selalu optimis dan positif menjalani hidup. Bisa menyikapi masa lalu, masa kini, dan masa depan secara luwes.Bijaksana saat bermuamalah dengan diri sendiri, orang lain, dan semesta.
Pencarian ketenangan dan kedamaian jiwa melalui halhal gaib (jalan ketuhanan), telah dilakukan manusia sejak berabad-abad lamanya. Sebagaimana pernah saya singgung dalam buku Aku Pergi dan Kembali kepada-Nya, beberapa kalangan ilmuwan menyatakan bahwa di dalam otak manusia, tepatnya di Lobus Temporal, terdapat “Titik Ketuhanan” (God Spot) yang menjadi pusat dari suara hati atau fitrah manusia.
Sejak manusia dilahirkan dari Rahim ibu, “Titik Ketuhanan” tersebut sudah ada. Setiap orang memiliki titik tersebut yang berkaitan dengan spiritualitas dan pengalamanpengalaman “gaib” lainnya. Sejarah peradaban dunia pun membuktikan hal itu. Setiap masyarakat dalam peradaban dunia memiliki corak masyarakat yang agamis", terlepas dari sistem teologi yang mereka anut.
Sumber : Resep Hidup Bahagia Menurut al-Quran
Karangan M.Irja Nasrullah Majid.
Penerbit Pustaka Alvabet, 2019.
0 Komentar