KAJIAN ULUMUL QUR’AN MENGUAK SISI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Nursihan
A. Pendahuluan
Setiap Nabi dan Rasul mempunyai kejadian luar biasa yang tidak bias dijangkau oleh nalar manusia dikenal dengan mukjizat. Mukjizat luar biasa sebagai bukti bahwa mereka benar Nabi dan Rasul utusan Allah Swt yang dapat melemahkan orang-orang yang meragukan kebenaran Nabi dan Rasul. Sebagaimana kita ketahuai sejarah, diantara kemukjizatan Rasul-rasul Allah Swt, seperti mukjizat Nabi Ibrahim As, yang tetap hidup walau dalam kobaran api, mukjizat Nabi Nuh As, yang mampu membuat kapal yang begitu besar dan selamat dari banjir yang begitu dahsyat, mukjizat Nabi Musa As, yang tongkatnya dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan, mukjizat Nabi Isa As, yang mampu menghidupkan orang yang sudah mati dan menyembuhkan penyakit kusta. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa mukjizat terbesar yang Allah turunkan dimuka bumi ini ialah mukjizat yang berupa Kitabullah Al-Qur’an, yang Allah anugrahkan kepada manusia termulia, yakni Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada kita umatnya, melalui Malaikat termulia, yakni Malaikat Jibril As, diturunkan ditempat termulia yakni kota Mekkah dan Madinah, pada malam termulia yakni malam Lailatul Qodar dan diturunkan dalam bahasa termulia, yakni bahasa Arab. Maha suci Allah atas segala kekuasaan-Nya. Ketika Al-Qur’an turun kaum Quraisy hidup dengan tradisi yang sudah turun temurun merasa terheran-heran dengan keindahan gaya bahasa Al-Qur’an. Tidak sedikit dari mereka yang menganggap Al-Qur’an adalah sihir. Namun disisi lain justru keindahan Bahasa Al-Qur’an itu yang menjadi penaraik kaum musryrikin Quraisy untuk mempelajari bahkan beriman terhadap Al-Qur’an. Tulisan singkat ini akan memaparkan beberapa sisi kemukjizatan Al-Qur’an dalam berbagai sudut pandang serta akan mengulas bagaiman pembelaan ummat Islam terhadap kitab suci mereka terhadap para penentanya. Kajian ini akan mendeskripsikan hal tersebut dengan merujuk kepada pendapat beberapa pakar dalam berbagai sumber serta menganalisa berbagai persoalan mengenai Al-Qur’an tentunya akan dikorelasikan dengan beberapa kejadian dimasa lampau.
B. Pengertian Mukjizat
Dari segi bahasa kata I’jaz dari kata a’jaza yu’jizu yang berarti melemahkan atau memperlemah. Secara terminologi I’jaz adalah ketidak mampuan seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud I’jazul qur’an secara studi ilmu Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Menurut Manna’ Khali Al-Qattan mengatakan bahwa I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi Muhammad Saw sebagai pengakuan dari umatnya bahwa ia adalah Rasul utusan Allah SWT. Dan mukjizat adalah suatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan
2. Menurut M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah yang dikutip dalam buku Pengenalan Awal dengan Al-Qur’an menyatakan bahwa mukjizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang (yang mengaku) Nabi sebagai bukti kenabianya yang ditantang kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan kepada yang ragu untuk mendatangkan atau membuat hal yang serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.
3. Muhammad Bakar Islamil mengungkapkan bahwa Mukjizat Al-Qur’an adalah perkara luar biasa yang disertai tantangan yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabinya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi adan kebenaran terhadap apa yang diembannya yang bersumber dari Allah SWT. Dari beberapa pendapat pakar diatas memberikan gambaran bawasanya i’jazul qur’an adalah sebuah kitab (hujjah) yang luar biasa yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kerasulan beliau yang tidak mampu ditandingi oleh siapapun. Oleh karenaya pada saat Al-Qur’an turun banyak sekali pakar-pakar sya’ir arab jahiliyah yang terkagum-kagum dengan bahasa Al-Qur’an. Sebagian mereka beriman kepada kerasulan Nabi Muhammad, namun ada juga yang menempuh berbagai cara untuk menandingi Al-Qur’an namun usaha mereka hanya sia-sia. Al-Qur’an sendiri dalam beberapa ayat memberikan tantangan kepada siapapun untuk menandinginya jika mereka mampu. Diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebuat antara lain:
a. Al-Qur’an menentang seluruh jian dan manusia berkumpul untuk membuat semisal Al-Qur’an, namun pastilah mereka tidak mampu melakukanya. Hal ini terdapat dalam firman Allah: قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا Artinya: “Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa sekalipun mereka bersatu saling membantu” (Qs. Al-Isra [17]: 88)
b. Al-Qur’an menentang mereka untuk membuat sepuluh surah dari Al-Qur’an terdapat dalam firmanNya: اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Artinya: “Bahkan mereka mengatakan “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu”, “Katakanlah, kalua demikian, maka datangkan sepuluh surat yang menyamainya dan pangilah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Qs. Hud [11]: 13)
c. Al-Qur’an menentang untuk membuat satu surah saja yang menyamai Al-Qur’an hal ini terdapat dalam firmanNya: وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْن Artinya: “Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al-Qur’an dan ajaklah penolong-penolong selain Allah jika kamu orang yang benar”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 23)
C. Fungsi dan Tujuan Mukjizat Al-Qur’an
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawa para Nabi dan Rasul. Mukjizat diberikan Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing Nabi. Bagi orang yang telah percaya kepada Nabi, maka mukjizat yang dilihatnya akan memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah Swt. Adapun tujuan mukjizat Al-Qur’an ialah:
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan ke-Esaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang mulia dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan Susila yang harus di ikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3. Petunjuk mengenai syari’at atau hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus di ikuti oleh manusia dalam hubunganya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia kejalan yang harus ditempuh demi kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
D. Aspek-aspek Mukjizat Al-Qur’an
1. Aspek Bahasa Gaya bahasa yang digunakan Al-Qur’an berbeda dengan gaya bahasa orang-orang Arab. Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik dan mudah untuk dipahami oleh orang yang memang ingin memahami Al-Qur’an itu sendiri. Hal itu karena keistimewaan aspek bahasa dari Al-Qur’an itu sendiri. Kita ingat kisahnya Sayyidina Umar bin Khattab beliau dikenal sebagai orang yang sangat memusuhi Nabi Muhammad Saw dan bahkan ingin membunuh Rasulullah, namun beliau mendapat hidayah Allah Swt dari mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Sejarah menyaksikan, menceritakan bahwa ahli-ahli bahasa telah terjuan pada medan festifal bahasa dan mereka memperoleh kemenangan. Akan tetapi tidak seorang pun dari mereka yang berani untuk menandingi Al-Qur’an. Melainkan ia hanya akan mendapatkan kehinaan dan kekalahan. Saat itu bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaan dilembaga-lembaga dan pasar bahasa. Dan Al-Qur’an berdiri tegak dihadapan para ahli bahasa dengan sikap menentang, dengan berbagai bentuk tantangan. Namun tak seorang pun dari mereka sanggup menandingi atau menyeimbanginya, padahal mereka orang-orang Arab adalah orang-orang yang sombong, tinggi hati dan pantang dikalahkan. Seandainya mereka mampu meniru sedikit saja atau mendapat celah-celah kelemhan dari Al-Qur’an tentu mereka tidak perlu menghunuskan pedang dalam menghadapi tantangan tersebut, setelah retorika mereka lemah dan pena mereka pecah. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dialek Quraisy yang lengkap kosa-katanya. Wujud fisik bahasa Arab didalam Al-Qur’an banyak dikemukakan oleh pakar bahasa baik dari Arab maupun dari Eropa yang menyatakan bahasa Al-Qur’an itu sangat indah, menakjubkan, mengagumkan keindahanya, baik dari susunan kata-katanya maupun dari segi sastranya. George Sale seorang penerjemah Al-Qur’an kedalam bahasa Inggris mengatakan: “Al-Qur’an ditulis dengan bahasa Arab dengan gaya yang paling indah dan paling tinggi yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Oleh karena itu Al-Qur’an merupakan mukjizat yang besar. Berbekal Al-Qur’an Nabi Muhammad Saw mampu menguatkan tugas mulinya. Dengan mukjizat itu beliau menentang ribuan sastrawan Arab yang cakap untuk menciptakan satu ayat saya yang dapat dibandingkan dengan gaya bahasa Al-Qur’an.” Kemudian seorang sastrawan Arab yang mashur, Mustafa Shodiq Ar-Rofi’ie mengatakan: “Tuhan menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab ini, dengan susunan tersendiri, membuat orang tidak mampu menirunya, baik susunan ayat-ayatnya yang pendek atau panjang. Karena dia adalah pembersihan bahasa dari kotoranya”. Sementara itu Thaha Husein, seorang serjana Mesir yang terkenal di dunia Barat mengatakan: “Bentuk bahasa terbagi tiga, yaitu Puisi, Prosa dan Qur’an. Akan tetapi Qur’an memiliki gaya bahasa tersendiri bukan Puisi dan bukan Prosa, Qur’an adalah Qur’an. Ia tidak tunduk pada aturan Puisi maupun Prosa, ia memiliki irama tersendiri yang dapat dirasakan pada susunan lafalnya dan urutan ayatnya.” Dalam memahami mukjizat Al-Qur’an tentunya tak terlepas dari bahasa Al-Qur’an itu sendiri, yakni bahasa Arab, yang merupakan kunci keberhasilan dalam memahami mukjizat Al-Qur’an, sebagimana yang di kutip dalam Jurnal Syahadah Vol. VIII yang ditulis oleh Syafril, bahwa Bahasa Arab yang dipilih sebagai bahasa Al-Qur’an juga memiliki keunikan. Usman bin Jinni yang dikutip oleh Quraish Shihab menyatakan bahwa pemilihan huruf-huruf kosa kata oleh bahasa Arab bukan suatu kebetulan, melaikan mengandung falsafah bahasa tersendiri. Keunikannya juga terlihat pada kekayaannya, bukan saja terlihat pada jenis kelamin kata atau pada bilangannya, yaitu mufrad (satu) musanna (dua) dan jamak atau plural, melainkan juga pada kekayaan kosa kata sinonimnya.
2. Aspek Ilmiah Kemukjizatan ilmiah Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada doronganya untuk berfikir dan menggunakan akal. Qur’an mendorong untuk memperhatikan dan memikirkan alam yang juga merupakan ayat-ayat Allah. Al-Qur’an tidak mengebiri atau melemahkan aktivitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab agama terdahulu memberi jaminan demikian seperti yang diberikan oleh Qur’an. Qur’an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan segala apa yang ada didalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada Allah. Al-Qur’an mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk-Nya yang ada dilangit dan dibumi, sebagaimana firmanya: إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰب ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) mereka yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran [3] : 190-191). Aspek ilmiah sebagaiman Allah mengumpukan ilmu falak, botani, geologi, zologi dan yang lainya menjadikan semuanya sebagai pendorong rasa takut kepada-Nya. أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالأنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnnya, dan ada (pula) diantara manusia, bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fatir [35]:27-28). Isyarat-isyarat ilmiah mengenai Al-Qur’an banyak dijelaskan Allah dalam firmanya diantaranya: a. Mengenai Penciptaan Manusia اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًىۗ اَلَمۡ يَكُ نُطۡفَةً مِّنۡ مَّنِىٍّ يُّمۡنٰىۙ ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوّٰىۙ فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰىۗ Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah dia dahulu berupa nuthfah dari mani yang dituangkan (kedalam rahim), kemudian ia menjadi ‘alaqoh, lalu Allah menciptakanya dan menyempurnakannya? Lalu Allah menjadikan dari nya sepasang lelaki dan perempuan?” (Qs. al-Qiyamah [75]: 36-39) b. Kejadian Alam Semesta, dan Pohon Hijau اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ Artinya: “Tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian kami memisahkannya dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Qs. al-Anbiya[21]:30) الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ Artinya: “(Allah) yang menjadikan untuk kamu api dari kayu yang hijau, maka kamu (dapat) menyalakan (api) darinya (kayu hijau itu). (Qs, Yasin [36]:80). c. Pemisah Dua Laut وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا Artinya: “Dan Dia (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan diantara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” (Qs. al-Furqan [25]: 53) d. Penciptaan Awan dan Gunung اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ Artinya: “Tidakkah kamu melihat (bagaiman) Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikanya bertindih-tindih, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya (awan). Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es bermula dari langit (yaitu dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilawan-kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatanya. (Qs. An-Nur [24]: 43) وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَفْعَلُوْنَ Artinya: “Kamu lihat gunung-gunung kamu sangka ia tetap ditempatnya padahal ia berjalan sebagiman jalanya awan. Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. An-Namal [27]: 88) e. Penetapan Kalender Syamsiah dan Qamariah وَلَبِثُوۡا فِىۡ كَهۡفِهِمۡ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيۡنَ وَازۡدَادُوۡا تِسۡعًا Artinya: “Mereka tinggal didalam gua selam tiga ratus tahun dan ditambah sembilan” (Qs. Al-Kahfi [18]:25). Demikianlah. Kemukjizatan Al- Qur’an secara ilmiah ini terletak pada doronganya kepada umat Islam untuk berpikir disamping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju didalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang baik, dan stabil.
3. Aspek Pemberitahuan Gaib a. Berita Gaib Masa Lampau Salah satu kekuatan Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemaparan kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam kisah-kisah Arab saat itu, dan tidak mungkin secara keseluruhan dalam kajian-kajian kesejarahan. Informasi Al-Qur’an tentang kajian masa lampau cukup banyak, yang semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari Nabi Muhammad Saw sendiri. Berikut beberapa contoh dari kisah-kisah tersebut: 1) Kisah kaum ‘Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iran Kaum ‘Ad dan Tsamud yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh As dan Nabi Hud As, kucup banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an menenai kedurhakaan kaum mereka yang pada akhirnya kedua kaum tersebut dihancurkan oleh Allah dengan gempa bumi dan angin ribut yang sangat dingin dan kencang. Sebagaimana firman Allah: كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِفَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ, سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ Artinya: “Kaum ‘Ad dan Tsamud telah mendustakan hari kiamat, adapun Tsamud, mereka telah dibinasakan dengan kajadian luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum ‘Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari secara terus-menerus, maka kamu lihat kaum ‘Ad ketika itu, mati bergelimangan bagikan pohon kurma yang telah lapuk”.( Qs. Al-Haqqah: [69]: 4-7). 2) Tenggelam dan Selamatnya Jasad Fir’aun Ditemukan sekitar 30 kali Allah Swt menguraikan kisah Musa dan Fir’aun dalam Al-Qur’an, yakni kisah yang tidak diketahui masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab perjanjian lama. Akan tetapi, menjadi suatu hal yang menakjubkan bahwa Nabi Saw melalui Al-Qur’an telah mengungkapkan suatu rincian yang sama sekali tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali oleh mereka yang hidup pada masa terjadinya peristiwa itu yaitu pada abad XII SM atau sekitar 3.200 tahun yang lalu. Dalam al- Qur’an, kisah Fir’aun terdapat dalam Qs. Yunus: 90-92: Artinya: “Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti Fir’aun dan tentaranya, kerena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah yang disembah Bani Israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri”. Allah menyambut perkataan Fir’aun dengan berfirman: “Apakah sekarang kamu baru percaya padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang yang berbuat kerusakan. Hari ini kami selamtkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang akan datang sesudahmu sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas, yaitu: “hari ini kami selamatkan badanmu agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang tenggelamnya Fir’aun di Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa dan kaumnya, sudah diketahui. Tetapi menyangkut keselamatan badanya dan menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya merupakan suatu hal yang tidak diketahui siapapun pada masa Nabi Muhammad Saw bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama. 3) Kisah Ashab al-Kahfi Keraguan masyarakat Arab Mekkah terhadap kerasulan Nabi Muhammad Saw dan kebenaran Al-Qur’an terus hadir, Al-Qur’an hadir memberikan keterangan yang jelas mengenai kisah Ashabul Kahfi yang merupakan kisah yang begitu menakjubkan, kisah tersebut bisa kita lihat dalam Qs. Al-Kahfi ayat 9-26. b. Berita Gaib Masa yang Datang Disamping menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat kisah-kisah, Al-Qur’an juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik didunia maupun diakhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan Al-Qur’an, akan terjadi, dan beberapa telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini beberapa contohnya: 1) Kemenangan Umat Islam atas Quraisy Informasi akan datangnya kemenangan umat Islam atas kaum Quraisy digambarkan dalam Qs. al- Qamar: 45: “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. Melalui ayat ini Allah menginformasikan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa kaum musyrikin Quraisy akan dapat dikalahkan dalam peristiwa Fath Makkah. 2) Kemenangan Romawi setelah Kekalahanya, dan Kemenangan Umat Islam Hal ini dijelaskan dalam Qs. Ar-Rum: 1-5 الم غُلِبَتِ الرُّومُ فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ Artinya: “Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Dinegeri yang terdekat, dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun (antara 3 sampai 9 tahun). Bagi Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan dihari kemenangan itu orang-orang mukmin bergembira, karena pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha Perkasa, lagi Maha Penyayang. E. Paham Ash-sharfah Sudah menjadi Sunnatullah bahwa kehidupan manusia akan selalu diwarnai dengan kebaikan dan keburukan. Tidak ada satu masa yang dilalui oleh manusia kosong dari kemunafikan sebagaimana tidak satu ruang pun kehidupan yang bersih dari orang-orang yang lemah hati dan berpenyakit hatinya. Tiga tipologi manusi yang disampaikan Al-Qur’an pada awal surah Al-Baqarah merupakan penegasan bahwa dinamika dakwah Islam akan selalu di iringi dengan kekufuran dan kemunafikan. Hitam-hitam perjalanan dakwah Islam akan selalu bergandeng dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam mempelajari mukjizat Al-Qur’an kita perlu mengetahuai suatu paham yang dinamakan faham Ash-sharfah. Kata Ash-sharfah terambil dari kata, صَرَفَ (sharafa) yang berarti memalingkan, dalam arti Allah memalingkan, maksudnya memalingkan manusia dari upaya membuat semacam Al-Qur’an, sehingga jika tidak dipalingkan, maka manusia kan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan Al-Qur’an lahir dari faktor eksternal, bukan dari Al-Qur’an itu sendiri. Para paham Ash-sharfah, mereka memiliki pendapat bahwa cara Allah memalingkan itu meliputi: Pertama, mereka mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang mukjizat Al-Qur’an itu dilemahkan oleh Allah. Secara logika dapat kita pahami, bahwa bukankah mereka melawan Nabi Muhammad Saw, dengan pedang dan tombak? Mengapa mereka harus melakukan hal yang sukar ini, jika memang mereka mampu untuk meruntuhkan dakwah Nabi Muhammad Saw. Dengan membuat semacam Al-Qur’an ? hal ini menujukkan bahwa semangat menantang tetap menggebu, hanya saja tantangan membuat semacam Al-Qur’an tidak mereka sanggupi. Mereka sadar akan kemampuan mereka yang terbatas. Kedua, mereka mengatakan, bahwa cara Allah memalingkan adalah dengan mencabut pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki untuk menghadirkan suatu susunan kalimat serupa Al-Qur’an. Hal ini menurut mereka, walaupun berusaha sekuat tenaga, hasilnya pasti buruk. Paham ini menjadikan penantang tidak dalam keadaan yang fair. Bahkan seolah-olah tercela dihadapan khalayak. Mahasuci Allah dari sifat demikian. Penutup Dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan, bahwa mukjizat merupakan hal yang menakjubkan. Mukjizat Al-Qur’an merupakan bukti kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw, dalam mukjizat Al-Qur’an terdapat penjelasan-penjelasan yang meliputi berita masa lampau dan berita masa yang akan datang. Mukjizat Al-Qur’an dapat dilihat dari aspek kebahasaan yang menakjubkan, penjelasan ilmiah dan berita yang ghaib masa lampau dan masa yang akan datang yang terbukti kejadianya. Dalam memahami Al-Qur’an banyak pemahaman yang tidak sesuai dengan kebenaran yang ada, mereka seperti paham Ash-sharfah yang berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an bukan pada keistimewaan yang dimilikinya tetapi hadir dari faktor eksternal.
Daftar Pustaka
Abdurrahman. Mukjizat Al-Qur’an dalam Berbagai Aspeknya. Jurnal Pustaka Vol. No 8
Al- Qattan, Manna Khalil. 1992. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Mudzakir AS. 1996.
PT. Pustaka Litera AntarNusa. Bogor
Amin, Muhammad. Menyikapi Sisi Kemu’jizatan Al-Qur’an. At-Tibyan. Vol. No 2
Baidan, Nasruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Chaer, Abdul. 2014. Perkenalan Awal dengan Al-Qur’an. Jakarta. PT. Rineka Cipta
M, Syafril. 2016. Nifaq dalam Persfektif Al-Qur’an.Syahadah. Vol. V, No. 1
Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan
Syafril. 2020. Pandangan Quraish Shihab Terhadap Pengajaran Tafsir Al-Qur’an di Perguruan Tinggi. Syahadah. Vol. VIII. No. 2
0 Komentar