KEPEMIMPINAN ULAMA DAN UMARA

 KEPEMIMPINAN ULAMA DAN UMARA


NAMA : TONI GUSRIANDI

TUGAS : UAS

PRODI : IAT (Ilmu Al-Qur’an & Tafsir)

NIM : 603201010028




Pada dasarnya fungsi ulama dan umara adalah memimpin masyarakat supaya berkehidupan baik, sejahtera dan berkemajuan. Oleh Karena itu masyarakat memandang ulama maupun umara sebagai pemimpin. Umara sebagai pemimpin formal, artinya secara resmi, para pejabat dan pemimpin pemerintahan di berbagai tingkatan ini adalah pemimpin-pemimpin yang wajib ditaati. Warga negara maupun penduduk suatu negeri yang tidak taat pada pemimpin pemerintahan ini dikenakan sanksi dan hukuman, berdasarkan ketetapan undang-undang yang berlaku. Sedangkan ulama dikatakan sebagai peimpin non formal, yaitu pemimpin yang tidak resmi bagi masyarakat yang banyak ditaati perintah dan ketentuannya. Tetapi ulama sebagai pemimpin tidak resmi bagi warga masyarakat, tidak dapat memaksakan perintahnya untuk ditaati. Yang tidak taat kepada ulama tidak dapat dihukum, melainkan hanya mendapatkan sanksi moral dan mungkin sanksi sosial.

Orang-orang yang tergabung dalam kelompok ulama dan umara adalah pemimpin masyarakat dan pemimpin pemerintahan. Di kalangan masyarakat Indonesia dikenal istilah pemimpin formal dan pemimpin non formal. Tetapi pada kenyataaannya tidak semua ulama dan tidak semua umara berjiwa dn bersikap sebagai pemimpin. Oleh karena itu orang-orang yang memposisikan dirinya sebagai ulama dengan belajar secara mendalam ilmu-ilmu agama islam, belum tentu mempunyai bakat kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Juga tidak semua ulama pernah mengikuti pendidikan kepemimpinan dan latihan-latihan kepemimpinan secara intensif. Pedidikan kepemimpinan sampai saat ini lebih banyak diselenggarakan secara non formal, sehingga sifatnya tidak wajib melainkan hanya sukarela.

Demikian pula orang-orang yang menjadi umara, belum tentu memiliki bakat kepemimpinan, atau mengikuti pendidikan dan latihan-latihan kepemimpinan secara serius. Kedudukannya sebagai umara didasarkan pada pengangkatan dan surat keputusan pihak-pihak yang berwenang, yang tidak ada perrsyaratan perlunya yang bersangkutan telah melalui pendidikan atau latihan kepemimpinan.

Bagaimana kualifikasi seorang pemimpin? Kualiifikasi atau persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin cukup banyak, Antara lain adalah :

1. Pendidikan yang luas, diatas rata-rata pendidikan anggota masyarakat biasa.

2. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengetahui banyak hal.

3. Kemampuan pemimpin harus berkembang secara mental.

4. Selalu ingin tahu hal-hal baru.

5. Memiliki kemampuan analisis.

6. Memiliki daya ingat yang kuat.

7. Mempunyai kapasitas yang integrative, kemampuan menyatu bersama masyarakat.

8. Memiliki keterampilan managemen dan berorganisasi.

9. Mempunyai keterampilan mendidik dan memajukan masyarakat.

10. Personalitas yang wajar dan obyektif dalam berfikir dan berpandangan.

11. Bersikap pragmatis, mementingkan daya guna dan manfaat, dan tidak eksentrik.

12. Mempunyai naluri dan mampu menentukan skala prioritas.

13. Memiliki sikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan.

14. Memiliki sikap berani dalam bertindak dan mengambil keputusan.

15. Bersikap tegas setelah memiliki perhitungan yang matang.

Tentang bakat kepemimpinan Nabi dapat kita perhatikan dalam riwayat kehidupan beliau sebelum diangkat menjadi Nabi. Peristiwa Hilful Fudul, jatuhnya Hajar Aswad  dan sengketa para tokoh masyarakat Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ketempat semula, gelar al-Amin  yang disandang beliau  dari para pemuda Quraisy, ini semua menunjukkan  bakat besar kepemimpinan beliau di masyarakat. Kemudian melaksanakan niaga ke Syria dengan sukses dengan modal dari Khadijah yang kemudian menjadi istri  beliau. Sehingga ketika beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun, beliau sudah betul-betul matang dan mantap.

Jika sifat-sifat baik, akhlak, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan Nabi ditiru dan diteladani oleh para ulama pastilah keberhasilan tugas ulama akan lebih maksimal. Karena untuk melanjutkan tugas-tugas Nabi mestinya juga harus mewarisi sifat-sifat dan akhlak Nabi. Demikian juga apabila para umara mencontoh dan meneladani sifat, akhlak dan kepemimpinan Nabi, tentu tugas-tugas mereka akan dapat dijalankan lebih baik lagi.

Posting Komentar

0 Komentar