KONSEP WAHYU DALAM AL-QUR'AN | Riska

 Nama : Riska 

Nim     : 602201010027

Kelas  : 2 A

Prodi   : Manajemen Pendidikan Islam


Konsep Wahyu Dalam Al-Qur’an 

Kajian kritis terhadap wahyu dalam "Ulumul Qur’an" dengan berbagai metode pendekatan nya selalu mengalami perkembangan yang dinamis seiring dengan tuntutan dan pengembangan pemikiran manusia dihubungkan dengan perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan wahyu sebagai seputar bahan kajian Al-Qur’an senantiasa menerima perubahan pemahaman walau kadang menimbulkan kontroversial di tengah masyarakat islam. 

Wahyu Ialah menunjukkan pada dua pengertian dasar, yaitu; Tersembunyi dan cepat. Oleh karena itu dikatakan "Wahyu Ialah informasi yang di sampaikan dengan  tersembunyi dan cepat yang khusus ditunjuk pada orang  tertentu tanpa diketahui orang lain. Dan Wahyu juga diartikan sebagai kalam allah yang di turunkan kepada seorang nabi defenisi ini menggunakan pengertian maf'ul  yaitu Al-muha Artinya yang diwahyuka.

Didalam Al-Qur’an wahyu pemperoleh tempat yang sangat khusus, di perlakuan secara istimewa, sesuatu yang misterius, rahasia yang sulit diungkapkan oleh akal manusia biasa. Untuk itulah diperuntukkan perantara yang disebut  "Nabi". Dalam Islam Wahyu di katakan Kalam Allah atau perkataan Allah yang pada hakikatnya adalah Konsep linguistik.

Salah satu gambaran Al-Qur’an  yang paling jelas yang menjelaskan mekanisme tentang wahyu terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah:97 yang mengungkapkan bahwa "Jibril telah menurunkan (yakni pesan pesan ketuhanan) dalam hati Nabi seizin tuhan. 

Objek utama wahyu dalam Al-Qur’an adalah NabiMuhammad SAW. Demikianlah, kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu dari beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada tuhan yang mahapemurah. Katakanlah: “Dia Tuhanku, tidak ada tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertobat.”

Allah memberikan wahyu kepada Nabi dan Rasul ada yang melalui perantara dan ada juga tidak melalui perantara; yang Pertama, melalui malaikat Jibril, Malaikat pembawaannya wahyu. kedua tanpa melalui perantara, yaitu mimpi yang benar dalam tidur dan kalam ilahi dari balik tabir yang demikian terjadi pada Nabi Musa AS. 


Sumber buku: Ulumul Qur’an: Prinsip-prinsip Dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qur’an; diterjemahkan oleh DR.H. Badrudin, M.Ag. A-Empat. 2020. Puri Kartika Banjasari C1 : Serang 42123 2020.

Posting Komentar

0 Komentar