![]() |
Pict: Terkini.id |
Resepsi pada Surat Yasin adalah nama surat Al-Qur’an yang ke-36 berdasarkan urutan mushaf Usmani, sedangkan kalau berdasarkan urutan turunnya adalah surat yang ke-41. Yaasiin terdiri dari dua suku kata, yaitu ya dan sin; perihalnya sama dengan surat-surat Al-Qur’an lainnya yang diawali dengan huruf-huruf abjad. Mengenai maknanya hanya Allah sajalah yang Maha tahu, Dia lah yang mengetahui hikmah dibalik itu, sekalipun ada sebagian ulama yang menakwilkannya dengan berbagai makna. Ada yang mengatakan bahwa yaasiin itu antara lain adalah kependekatan dari Yaa Insaanu, artinya “Hai Manusia”, ada pula yang menakwilkannya sebagai salah satu nama Nabi kita Muhammad Saw. akan tetapi pendapat yang terbaik adalah mengembalikan semua itu kepada pengetahuan Allah Swt.(Fachrurazi ,1995: 4) Surat Yasin termasuk surat Makkiyah karena kebanyakan ayatnya diturunkan sewaktu Nabi Muhammad Saw. berada di Mekkah sedang jumlah ayatnya adalah 83 ayat dan surat Yaasiin disebut sebagai hati dari al-Qur’an, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda : “Setiap sesuatu mempunyai hati dan hati Al-Qur’an adalah surat Yaasiin.( Miftachul Arzaqie ,2007:cet 1).
Surat Yaasiin juga salah satu dari sekian banyak surat-surat Al-Qur’an yang memiliki Fadhilah (keistimewaan/keutamaan) tersendiri diantaranya adalah untuk mengelabuhi dan membungkam musuh, dengan tradisi Tahlilan dalam masyarakat pada umumnya, bahwa dalil untuk tradisi Yasin Fadhilah merujuk pada hadis Nabi tentang anjuran berdoa saat membaca ataumenemui ayat tertentu dilanjutkan mencari ijtihad dari para ulamaulama terdahulu, kemudian adapun yang bersumber dari hadis shohih riwayat Ibnu Khuzaimah bahwa;
فَكاَنَ لاَيَمُرُّ بأيَةِ تَخوِيفِ إلاَّاتَعَاذَ وَلاَ أيَةِ رَحمَةِ الاَّسَأَلَ وَلاَاَيَةِ تَنزِيْهٍاا لاَّ سَبَّحَ (رواه ابن خزيمه)
"Rasulallah tidak pernah membaca ayat tentang siksa kecuali beliau meminta perlindungan drinya,tidak membaca ayat tentang rahmat kecuali memintanya,dan tidak membaca ayat yang mensucikan Allah kecuali membaca tasbih.”
Berdasarkan pada kitab abwabul faraj karya As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani beliau menjelaskan tentang bagaimana cara membaca surah yasin dengan doa pada ayat ayat tertentu yang sudah dicontohkan pada orang shaleh pada zaman dahulu pada membacanya mengulangi lafal يٰسٓ sebanyak 7 kali ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ diulangi sampe 14 kali dan pada ayat 58 سَلٰمٌ ۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ diulangi sampai 16 kali. Dengan adanya hal ini perkembangan dan cara pembaca berinytaksi dengan Al Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian resepsi. Praktik dari kajian adalah memberikan konstribusi dari kajian dan topologi masyarakat dalam berintraski dengan Al Qur’an.( As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Abwabul Faraj ,2017: 294).
Tradisi pembacaan yasin fadhilah sangat berbeda dengan pembacaan yasin pada umumnya, baik dari segi isi bacaan, Yasin Fadhilah adalah surah yasin yang sudah diberi beberapa macam tambahan antara lain yaitu diantara ayat-ayat dalam surah yasin ada yang diulang sampai tiga kali atau lebih. Kemudian diantara beberapa ayat yang satu dan ayat lainya diselingi sholawat, dzikir dan doa yang tambahanya selalu disesuaikan dengan isi ayatnya. Setiap dzikir dan doa yang mengiringi ayat itu dibuka dengan sholawat dan salam atas nabi Muhammad Saw, lalu ditutup dengan doa khusus. Pembacaan alqur’an sendiri dapat menghasilkan pemahaman yang berbeda dalam perspektif keahlian masing-masing, melalui pemahaman yang berbeda tersebut bisa melahirkan tafsiran alqur’an yang beragam. Selain itu kita dapat membaca dalam catatan sejarah yang mengisahkan pada masa Nabi Muhammad Saw. dan pernah melakukan praktik pembacaan ayat-ayat alqur’an sebagai media penyembuhan penyakit dengan metode ruqyah yaitu surah al fatihah dan surah al mu’awwizatayain sebagai penolak sihir.(Mansur .M, 2007: 3).
Sehingga pada hal ini ditemukan berbagai tradisi yang mulai melahirkan perilaku tertentu dan menunjukan resepsi sosial masyarakat atau kelompok tertentu terhadap alqur’an Sebagian umat muslim sendiri ada yang meyakini bahwa surat atau ayat tertentu dari Alquran mengandung khasiat, seperti sebagai penwar, atau agar mudah memperoleh rezeki. Sebagaimana pembacaan surat Yasin Fadhlah di suatu masyarakat yang pada mulanya bertujan menciptakan ukhuwwah (persaudaraan), kemudian banyak yang mengambil faedah atau keutamaan dari pembacaan surat tersebut. Terlebih surat Yasin sebagai Qalb al-Qur’an (jantung Alquran). ( M. Quraish Shihab, 2012: 76).
Sebagaimana dalam kehidupan masyarakat Desa Kedungbanjar, kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang tepatnya di jamiyah Mar’atus Sholihah. Masyarakat melakukan pembacaan surat Yasin Fadhilah secara rutin, yang bernaung di majlis mar’atus sholihah tersebut. Pembacaan Yasin Fadhilah menjadi rutinitas masyarakat di sana dan mereka meyakini hal tersebut memberikan khasiat tertentu bagi para pembacanya.
Masyarakat menanggapi bahwa kegiatan ini mempunyai banyak manfaat, hikmah, barokah dan mendapatkan pahala yang besar. Untuk mencapai hal tersebut setiap jiwa manusia harus menyerahkan segala niatnya kepada oleh Allah. Manusia memiliki dua dorongan dalam menanggapi kegiatan tersebut, yaitu dorongan duniawi dan dorongan ukhrawi. Dorongan duniawi telah mencakup tentang hubungan sosial antar manusia yang berbentuk mengikat diri dengan kelompok. Dorongan kemasyaratan merupakan salah satu bentuk dorongan agar tercapainya suatu tujuan menjadi masyarakat yang harmonis. Pengajian ini seringkali dipanggil kerumah-rumah warga setempat yang memerlukanya dalam keadaan tertentu. Pengajian malam Jum’at sebagai mengisi kekosongan waktu malam. Beberapa jama’ah tidak merasa keberatan karena dilaksanakan hanya satu minggu satu kali sehingga tidak mengganggu aktifitasnya. ( Wawancara dengan ibu hj Isdaryanti, pada 10 agustus 2021, pukul 15.10 WIB).
Allah Swt berfirman dalam Q.S al-Isra [17]: 82, yaitu:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَاهُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. ( Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya:437 )
Motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt tercurahkan kembali oleh Ibu Isdaryanti Menurut ibu isdaryanti dari hasil mengikuti pengajian selama bertahun-tahun yang selalu teringat adalah tuntutlah ilmu dari sejak dalam kandungan sampai masuk ke dalam liang kubur. Pengajian ini mengajak dalam hal kebaikan dan yang dibaca adalah ayat Alquran. Semua yang cinta dengan Alquran akan mendapatkan balasan dari Allah. Jika ada seseorang yang tidak suka dengan pengajian, maka urusannya langsung dengan Allah. Sebagai manusia yang hidupnya sedang bertamu di dunia, tidak ada kegiatan lain selain mencari bekal dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun berbeda ketika pertanyaan tersebut diajukan kepada ibu muda. Ibu siti aminah adalah salah satu jama’ah yang baru mengikuti pengajian di Majelis dan sudah mengikuti kegiatan ini sekitar 4 tahun. Tetapi karena suatu penyakit yang menimpanya sehingga 1 tahun tidak mengikuti kegiatan tersebut. Ibu siti aminah berumur 36 tahun dan bertempat tinggal di Desa Kedung banjar. Ibu siti aminah tergolong jama’ah ibu-ibu yang termuda, sehingga perlu adaptasi dengan kegiatan-kegiatan malam. Apalagi ketika suaminya pulang kerja, yang akhirnya memutuskan untuk tidak hadir pada malam itu. Dari itulah ibu siti aminah merasa bahwa dirinya belum mampu mengistiqomahkan niat untuk mengikuti pengajian Yasin Fadhilah.
Pada dasarnya setiap manusia paham bahwa hati seseorang dapat berubah-ubah dan inkonsisten dalam hal menerima kebaikan/kejahatan yang cepat. Hati dalam artian metafisik dan spiritual dapat menentukan hidup atau fungsinya untuk organ lain, hati yang jernih akan menghasilkan pikiran yang jernih, Namun jika hati kotor akan mencerminkan perilaku yang kotor. ( Waryono Abdul Ghafur: 291- 293) Dari penjelasan hati tersebut akan menjadikan tumpuan pandangan Allah terhadap manusia sebagaimana terkandung dalam QS.Al-Ahzab(33):5:
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
0 Komentar