Istri Sholihah dalam Kisah Keluarga Fir'aun | Rosilina Wari

Tribunnews.com

Pada dasarnya manusia sangat menyukai kisah-kisah, hal tersebut sudah terlihat dari mulai masa kanak-kanak. Termasuk dongeng yang didalamnya memuat kisah nyata maupun hanya kisah fiktif belaka. Sebagaimana halnya dengan kitab al-Qur’an yang menjadi wahyu Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril AS selama 22 tahn 2 bulan 22 hari, yang didalamnya banyak sekali mengandung kisah-kisah dalam berbagai macam katagori seperti kisah yang menceritakan para nabi dan umat terdahulu, mengisahkan berbagai macam peristiwa,  dan keadaan dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan datang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kisah adalah cerita tentang kejadian ataupun peristiwa dalam kehidupan seseorang, peradaban suatu tempat maupun sebagainya. Kisah memiliki arti dalam kelas nomina ataupun kata benda sehingga kisah dapat menyatakan nama, tempat, maupun benda. Sedangkan kisah dalam al-Qur’an itu sendiri adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal umat terdahulu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwayang telah terjadi. Dalam isi kandungan al-Qur’an pun telah banyak membahas prihal kejadian-kejadian pada masa lalu, sejarah dari suatu bangsa, keadaan suatu nederi, dan peninggalan jejak setiap umat yang terkemas dalam sebuah cerita yang menarik.

Kisah dalam al-Qur’an dalam bahasa Arab disebut dengan “Qshashul Qur’an” yang berasal dari kata qashasha, yaqushshu, qishashan yang secara etimologi berarti mencari jejak. Sedangkan menurut terminologi qishashul qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal umat-umat terdahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang erjadi secara empiris. Dalam al-Qur’an paling banyak ayat-ayat yang membahas tentang kisah dengan menunjukan bukti negeri-negeri yang ditempatinya dan peninggalan jejak mereka. Seperti  dalam sebuah buku ulumul Qur’an karya Manna’ Khalil al-Qaththan, kisah dibagi menjadi tida kelompok yaitu: 

Kisah para nabi terdahulu, diantaranya

Dari kisah-kisah para nabi terdahulu terdapat banyak sekali pembelajaran dan hikmah yang sangat berguna bagi generasi-generasi setelahnya. Keteladanan prilaku dan karakter seorang nabi bisa dijadikan rujukan dalam menjalankan kehidupan dan bekal bagi kehidupan akhirat. 

Kisah yang berhubungan dengan peristiwa masala lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya.

Kisah tersebut dapat kita teladani namun adapula kisah yang tidak boleh diteladani dalam artian hanya sebagai peringatan bagi manusia agar lebih teguh keimanan terhadap Allah SWT. 

Kisah-kisah pada masa Rasulullah SAW

tentunya masih banyak lagi kisah-kisah pada masa Rosulullah tersebut, yang nantinya akan berguna bagi pemantapan keyakinan keteguhan keimanan manusia.

Kisah-kisah al-Qur’an merupakan suatu carauntuk mewujudkan tujuan agama, karena al-Qur’an merupakan kitab dakwah dan kisah merupakan salah satu media penyampaian dakwah. Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang memiliki karakteristik yang berbda dengan kisah lainpada umumnya yang secara kualifikasi memiliki keunggulan dan karakter yang paling bagus dibanding dengan cerita-cerita yang muncul dikalangan menusia secara umum.

Salah satu kisah terbesar dalam sejarah yang termuat dalam al-Qur’an adalah kisah fir’aun. Dari segi bahasa kata Fir’aun berasal dari bahasa Arab fir’awn dan bahasa Ibrani paroh adalah gelar yang dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno, sebuah peradaban kuno disebelah timur laut benua Afrika yang berpusat di daerah hilir sungai Nil, yakni kawasan yang kini menjadi daerah wilayah negara Mesir. Dahulu gelar ini dipakai untuk para penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno, hanya selama kerajaan baru, secara spesifik, selama pertengahan dinasti ke-18. Untuk penyederhanaan, terdapat kesepakatan umum diantara penulis moderen untuk mrnggunakan istilah Fir’aun untukmerujuk kepada penguasa Mesir semua periode. Fir’aun juga mengaku Tuhan. 

Dalam kisah Fir’au terdapat pembelajaran berharga bagi umat muslim terlebih bagi para perempuan sebagai teladan dan panutan. Dalam konteks kisah tersebut terkndung makna istri sholihah dimana terdapat berbagai macam ujian yang dialami oleh perempuan-perempuan masa itu. Konsep istri sholihah dalam islam adalah seorang yang patuh dan taat pada agamanya, selalu lebih dekat dan takwa kepada Allah SWT. Sikap shalehah yang dimiliki mampu melahirkan suatu perbuatan dan prilaku yang sesuai dengan moral. Sebagaimana Firman Allah pada Q. At-Tahrim ayat 11:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّـلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ‌ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِىۡ عِنۡدَكَ بَيۡتًا فِى الۡجَـنَّةِ وَنَجِّنِىۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِىۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَۙ

Artinya:  

"Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,"

Pada ayat ini, Allah membuat perumpamaan sebaliknya yaitu keadaan orang-orang yang beriman. Perumpamaan itu ialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun. Dalam perumpamaan itu, Allah menjelaskan bahwa hubungan orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir tidak akan membahayakan kalau diri itu murni dan suci dari kotoran. Sekalipun Asiyah binti Muzahim berada di bawah pengawasan suaminya, musuh Allah yang sangat berbahaya, tetapi ia tetap beriman. Konsep peremuan shalohah yang beriman dalam kisah Fir’aun berdasarkan surah at-Tahrim ayat 11 adalah wanita yang memiliki ketangguhan iman yang tinggi, dan tidak pernah mengeluh dalam menjalankan takdir Allah dengan ketulusan hati, dengan ketentuan Allah selalu beribadah kepada Allah SWT, memiliki kesabaran yang besar, pemikiran yang cerdas, pribadi yang kuat, mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, meminta perlindungan dan keselamatan semata-mata hanya kepada Allah SWT. 

Dalam surat at-tahrim ayat 11 menjelaskan tentang istri seorang manusia paling kafir sebagai perempuan beriman, yaitu Aisyah binti Muzahim. Dia lebih mementingkan kehidupan akhirat meskipun ia hidup dalam istana yang penuh kemewahan bersama suaminya yaitu Fir'aun. Konsep wanita Sholihah yang terdapat pada surat at-tahrim yaitu:

1. Memiliki keteguhan iman yang tinggi

2. Tidak pernah mengeluh (ikhlas dengan ketentuan Allah SWT

3. Senantiasa beribadah kepada Allah SWT

4. Memiliki kesabaran yang besar

5. Memiliki kepribadian kuat

6. Mampu membedakan antara kebenaran dan kesesatan.

7. Memohon perlindungan dan keselamatan hanya pada Allah SWT saja.

Apabila hal tersebut sudah dilaksanakan maka akan tergolong menjadi wanita yang Sholihah yaitu wanita yang taat kepada Allah SWT dan Rasulnya. Wanita shalihah merupakan produk agama Islam, mengingat kriteria utama untuk menyebut seorang wanita sebagai wanita Sholihah adalah taat kepada agamanya dalam arti lain tinggi tingkat keimanannya. Jadi penampilan dirinya merupakan realisasi dari ajaran agamanya, sebagaimana telah dibahas dalam suarh at-tahrim ayat 11.

Posting Komentar

0 Komentar