Menyantuni Orang Miskin
A. Menyantuni
Orang Miskin
1. Hadis dan
Terjemah
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ يَشُكُّ الْقَعْنَبِيُّ كَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ.
Artinya :Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari Tsaur bin Zaid
dari Abu Al Ghaits dari Abu Hurairah ra dia berkata; Rasulullah Saw
bersabda:“Orang yang membantu para janda dan orang-orang miskin seperti orang
yang berjihad dijalan Allah aku mengira beliau juga bersabda (al-Qa’nabi
ragu) Dan seperti orang yang shalat malam tidak pernah istirahat dan
seperti orang puasa tidak berbuka.” (Hr. Bukhari).
2. Kandungan
Hadis
Kandungan hadis di atas adalah bahwa membantu
orang miskin dan para janda yang tidak mempunyai mata pencaharian, miskin atau
tidak berdaya seperti orang yang berjihad dijalan Allah. Zakat, sedekah, dan infak bisa
digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dalam hal ini
membantu orang miskin.
B. Larangan
memakan harta anak Yatim
1. Hadis dan
Terjemah
أَخْبَرَنَا
الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ
بِلَالٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا هِيَ قَالَ الشِّرْكُ
بِاللَّهِ وَالشُّحُّ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami
Ar-Rabi’ bin Sulaiman, berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari
Sulaiman bin Bilal dari Tsaur bin Zaid dari Abu Al Ghaits dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan,”
dikatakan, “Wahai Rasulullah, apakah perkara yang membinasakan itu?” Beliau
menjawab: “Berbuat syirik kepada Allah, kikir, membunuh jiwa yang Allah haramkan
kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan
dan menuduh seorang wanita mukmin yang suci dan baik berbuat zina.”
2. Kandungan
Hadis
Dalam hadis di atas, disebutkan tentang
tujuh dosa yang membinasakan. Dikatakan membinasakan karena dari dosa tersebut
bukan hanya merusak keimanan diri sendiri, namun juga ada hak-hak muslim yang
dirusak oleh si pembuat dosa, salah satunya makan harta anak yatim.
C. Larangan
memakan harta anak Yatim
1. Hadis dan Terjemah
قَالَ
« اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا وَأَمِتْنِى مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِى فِى
زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِنَّهُمْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ
بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا يَا عَائِشَةُ لاَ تَرُدِّى الْمِسْكِينَ وَلَوْ بِشِقِّ
تَمْرَةٍ يَا عَائِشَةُ أَحِبِّى الْمَسَاكِينَ وَقَرِّبِيهِمْ فَإِنَّ اللَّهَ
يُقَرِّبُكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
Artinya: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam
keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku
bersama dengan orang-orang miskin pada hari kiamat”. ‘Aisyah berkata, “Mengapa
–wahai Rasulullah- engkau meminta demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke
dalam surga 40 tahun sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau
menolak orang miskin walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang
miskin dan dekatlah dengan mereka karena Allah akan dekat dengan-Mu pada hari
kiamat”, jawab Rasul Saw (Hr. Tirmidzi)
2. Kandungan
Hadis
Hadis di atas mengajarkan kepada kita
bagaimana Rasulullah memotivasi ‘Aisyah untuk mencintai dan dekat dengan orang
miskin. Karena keutamaannya, seseorang akan semakin dekat dengan Allah pada
hari kiamat. Namun patut diingat, mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan
mereka, yaitu dengan membantu dan menolong mereka. Jadi bukan hanya sekedar
dekat dengan mereka. Makna hadits ini bukanlah meminta agar beliau menjadi
orang miskin, tetapi bahwa kata “miskin” dalam hadis di atas bermakna tawadhu.
D. Anjuran
Tidak Meminta-minta
1. Hadis dan
Terjemah
لَيْسَ
الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ
الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ
إِلْحَافًا
Artinya:“Namanya miskin bukanlah orang yang
tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak
punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak” (Hr.
Bukhari)
2. Kandungan
Hadis
Hadis di atas memberi motivasi kepada kita
bahwa miskin bukan berarti hilangnya harga diri. Orang msikin yang patut
dicintai adalah seorang muslim yang taat. Begitu pula bukanlah masuk kategori
miskin jika malas-malasan kerja, yang hanya menjadikan meminta-minta di jalan
sebagai profesi harian.
E. Anjuran
Mencintai Orang Miskin
1. Hadis dan
Terjemah
اثْنَتَانِ
يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنَ
الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقُلُّ لِلْحِسَابِ
Artinya:“Dua hal yang tidak disukai oleh
manusia: kematian, padahal kematian itu baik bagi muslim ketika fitnah
melanda, dan yang tidak disukai pula adalah sedikit harta, padahal sedikit
harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab (pada hari kiamat)” (Hr. Ahmad).
2. Kandungan
Hadis
Mencintai orang miskin dan dekat dengan
mereka akan memudahkan hisab seorang muslim pada hari kiamat. Nabi saw sangat
senang menjadi bagian bersama orang miskin bahkan bisa berkumpul dengan mereka
di hari kiamat kelak karena merekalah yang mudah dihisab, sehingga mereka lebih
dahulu bisa masuk syurga. Suatu kebahagian dan kepuasan batin jika kita mampu
memudahkan satu saja kesulitan saudara muslim kita, karenal Allah sudah
berjanji dan pastikan akan memudahkan banyak kesulitan kita yang lebih besar
terutama saat mengahadapi kesulitan-kesulitan dihari akhirat nanti.
0 Komentar