![]() |
https://smkpgritegal.sch.id/read/7/tantangan-dunia-pendidikan-di-masa-pandemi |
Tidak ada yang mengira pandemi covid 19 datang menyapa dunia global saat ini. Termasuk tidak ada prediksi implikasinya sejauh ini hingga ke semua sektor kehidupan lumpuh seketika bak tanaman yang rontok serentak. Covid 19 menyasar sangat massif tidak hanya ke tubuh manusia dalam sistem organisme biologisnya tapi juga menyerang ke luar “tubuh”-lini-lini vital kehidupan manusia yang inheren seperti; ekonomi, pendidikan, akses sosial maupun bidang keagamaan.
Tidak bisa terbayang institusi pendidikan di semua level bisa diliburkan selama ini, selain hanya sebelumnya bisa dinikmati ketika libur panjang dan tanggal merah nasional maupun keagamaan. Pun tidak terbayangkan acara keagamaan maupun ritual keagamaan yang biasanya tumpah-ruah oleh jama’ah tiba-tiba di-“tiadakan” atau dibatasi kuantitas maupun kualitas kerumunannya.
Covid 19 adalah fakta sekaligus realita sejarah yang gamblang. Sekian korban berjatuhan adalah indikator di mana rasionalitas-empiris tak bisa memungkirinya. Walaupun virus ini tidak bisa terdeteksi keberadaannya ada atau tidak di sekitar kita, tapi bahaya sebarannya tetap sebuah ancaman menakutkan. Karena sudah pernah berada dalam zona berbagai warna bergantian dalam peringkat skala bahaya secara statistik. Begitu juga tidak bisa diduga kapan akan berakhirnya, apakah berkurang atau hilang alami dengan berkat penerapan disiplin ketat protokol kesehatan atau melalui upaya vaksinasi? Semua tidak atau belum ada yang sanggup menjamin. Karena ini baru taraf ikhtiar supaya penyebarannya tidak mengganas-syukur-syukur bisa memutusnya.
Bayangan terpapar dan terinveksi bukan suatu imajinasi belaka yang bergelanyut pada mind set kewarasan tentang penyikapan pandemi global ini. Termasuk bayangan tentang akibat buruk kematian di depan mata. Semakin terjadi grafik terkonfirmasi virus ini, level ketakutan massal juga semakin berdegup kencang di nadi kesadaran masyarakat. Di sini akhirnya kesadaran kepada lirikan kebiasaan buruk kita sebelumnya dalam menjaga gaya hidup bersih dihenyakkan secara “paksa” oleh covid 19 ini. Bahwa perlu adaptasi baru yang jadi acuan untuk preventif maupun menjadi kebiasaan kontinyu baru pada saat maupun pasca covid nantinya.
Jika dikontemplasikan, bahwa segala dampak dari pandemi ini menyulut pada kesadran titik balik atau turning point dalam diri kita. Titik balik ini adalah hakikatnya “kesempatan kedua” yang masih tersisa bagi kita, dan cukup waktu menatanya. Ini tentu saja positif, karena momentum mengkoreksi kegagalan prilaku sebelumnya yang perlu perbaikan dan polesan agar lebih anggun dalam kelanjutan hidup. Titik balik yang sangat riil sekaligus utama adalah menata pola hidup bersih kita bersama-sama dan memiliki sensitifitas untuk tidak menyepelekan wabah ini dengan variabel apapun. Kewaspadaan serta prinsip menjaga diri dan orang lain tetap dikedepankan.
Titik balik yang esensial lainnya adalah pada temuan kembali wujud spritualitas diri, harus dipatri dalam kualitas perenungan di masa pandemi ini. Dimensi ini adalah niscaya pada diri manusia, sebab ia dibekali oleh Al-Khaliq-Allah SWT- dengan spritualitas ini. Aspek rohaniah sebagai bagian dari spritualitas adalah satu unit keunikan pada diri manusia selain jasmani-fisikal. Namun di banding jasmani, aspek rohaniah atau spritual lebih halus dan berada pada sisi terdalam kesadaran insan. Aspek rohaniah spritual inilah yang ditangkap oleh radar kalbu atau hati untuk bisa menangkap perasaan maupun kejiwaan manusia yang berhubungan secara horisontal maupun vertikal.
Pengasahan rohaniah di saat pandemi ini mengajarkan sekaligus menghentakkan jiwa kita, bahwa tidak ada manusia atau negara yang kuasa maupun hebat di dunia ini, terbukti covid 19 yang tak kasat mata, telah “melumpuhkan” kita semua secara global. Begitu juga “arogansi” paradigma postifistik dalam medis maupun sains seolah tidak berdaya dan runtuh, terbukti tidak atau belum menemukan obat yang mujarab menyembuhkan.
Oleh sebab itu, menyikapi pandemi ini di samping dengan pendekatan titik balik pada peduli hidup sehat, juga titik balik pada spitualitas diri dengan menyadari dan meyakini pada ke-Maha Kuasa-an Allah SWT, dan menerima segala apa yang terjadi dengan sangkaan positif, serta mengoreksi kesalahan-kesalahan kita secara horisontal kepada manusia maupun vertikal kepada Tuhan atas segala musibah maupun ujian pandemi global yang dihadapi bersama ini. Apapun yang terjadi baik atau buruknya, adalah bagian dari kehidupan yang sudah menjadi Takdir-Nya. Tugas kita berikhtiar menjaga kesehatan diri dan lingkungan seraya berdo’a dengan segenap ketawadhu’an, agar keadaan ini segera berakhir dan tatanan kembali normal. Semoga.
0 Komentar