Fiqh Sholat: Sifat Sholat Baginda Rasul | Dima Hafizul Ilmi




Sholat menurut arti bahasa adalah doa’ 
sebagaimmana firman allah swt Q.S At-taubah 103 :

وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ

…”dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu itu menumbuhkan ketentraman jiwa bagi mereka…” Maksud dari kata ash-shalaah di sini adalah berdoa.

Adapun menurut syara', shalat berarti semua perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadah. Ini berdasarkan hadits fabir yang artinya, "Yang membedakan antara seseorang (yang beriman) dengan kekufuran adalah meninggalkan sholat. Shalat disyariatkan sebagai satu cara bagi umat manusia untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang tidak terhingga kepada mereka. Shalat juga mempunyai faedah keagamaan dan faedah pendidikan, yaitu secara umum untuk meningkatkan kualitas individu dan masyarakat.
Oleh sebab itu maka, dalam menjalankan ibadah sholat ini, seharusnya benar benar paham dan sesuai dengan petunjuk yang di ajarkan oleh rasulullah saw, sehingga sholat kita diterima dan bernilai disisi allah SWT.
Untuk itulah kita diperintahkan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh malik berbunyi :

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Artinya : …”dan sholatlah kalian sebagaimana melihat aku sholat”

Dari hadis tersebut dapat dilihat dan disimpulkan bahwasanya shalat itu adalah ibadah yang ada aturan-aturannya. Tidak boleh seseorang membuat cara-cara tersendiri dalam shalat, tapi hendaklah senantiasa mencontoh tata cara shalat yang di tunjukkan oleh Rasulullah saw.

Pernah suatu ketika pada masa rasulullah saw, yang di riwayatkan Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk Masjid lalu shalat. Kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, “Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!” Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi. Lalu datang menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: “Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!” Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, “Demi Dzat yang mengutus anda dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku!”
          Semua dari kita menyadari bahwasanya sholat yang dikerjakan belum tentu di terima oleh allah SWT, sebab tidak mengikuti bagaimana aturan aturan yang terdapat dalam sholat. Oleh karena itu penulis ingin memberikan gambaran dan ringkasan singkat tentang sholat yang dikerjakan oleh baginda rasulullah saw yang Di Kutip Dari Terjemahan Kitab Fiqih Islam Wa Adillatuhu : PROF DR. WAHBAH AZ-ZUHAILI. Tujuan nya agar kita semua mengetahui bagaimana sifat sifat sholat yang dikerjakan oleh baginda rasul, sehingga dapat di teladani dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar sholat kita tidak asal-asalan, sehingga akan mendapatkan ganjaran dan nilai disisi allah SWT.

Imam al-Bukhari, Abu Dawud, dan at- Tirmizi telah meriwayatkan dari Muhammad bin Amr dari Atha'. Atha' berkata : Aku mendengar Abu Humaid as-Sa'idi berbicara di hadapan sepuluh orang sahabat Rasulullah saw. di antaranya adalah Abu Qatadah. Kemudian Abu Humaid berkata, Aku lebih tahu darimu tentang shalat Rasulullah saw. “Mereka menjawab,'Mengapa?”
Demi Allah, sesungguhnya kau bukanlah orang yang lebih dekat dengan Rasulullah saw. Bila dibanding dengan kami. Kau juga bukanlah orang yang lebih lama bersahabat dengan Rasulullah saw. bila dibanding dengan kami. Abu Humaid menjawab,'Ya, betul,'
Mereka kemudian berkata,'Beritahukanlah (kepada kami tentang sifat shalat Rasul).' Lalu dia berkata, : 

“Apabila Rasulullah saw mendirikan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga menghampiri kedua bahunya.
Kemudian beliau bertakbir dan semua anggota badan tetap di tempat secara betul, kemudian beliau membaca (bacaan Al-Qur'an) bertakbir, mengangkat kedua belah tangannya hingga keduanya menghampiri kedua bahunya, kemudian beliau ruku' dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya. Kemudian beliau meluruskan ruku'nya, tidak membungkukkan kepala dan tidak juga mendongak.
Kemudian beliau mengangkat kepalanya dengan mengucapkan “الله أكبر “. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya hingga keduanya menghampiri dua bahunya dalam keadaan tegak. Kemudian beliau membaca takbir (الله أكبر). Kemudian beliau membungkuk turun ke bumi, lalu direnggangkan dua tangannya dari dua rusuknya. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan melipatkan kaki kirinya, lalu beliau duduk di atasnya Beliau kemudian membuka jari-jari kedua belah kakinya ketika bersujud. Kemudian beliau bersujud, lalu membaca takbir (الله أكبر). Kemudian beliau mengangkat dan melipatkan kaki kirinya lalu duduk di atasnya, sehingga setiap tulang kembali ke tempatnya. Kemudian pada rakaat yang lain beliau juga melakukan hal yang serupa.
Kemudian apabila beliau bangun dari dua rakaat, beliau bertakbir dan mengangkat kedua belah tangannya. Sehingga, keduanya menghampiri kedua bahunya, sebagaimana ketika beliau bertakbir ketika iftitah shalat. Beliau melakukan hal-hal ini dalam rakaatrakaat berikutnya. Hingga apabila sampai kepada sujud yang diakhiri dengan salam, beliau mengarahkan kakinya ke belakang dan duduk secara tawarukloTa di atas bagian kirinya.' Mereka berkata,' Betul.' Demikianlah sifat shalat Rasulullah saw..".
Dalam riwayat yang lain, dia berkata, "Pada suatu hari aku berada di dalam majelis yang dihadiri oleh para sahabat Rasulullah saw." Kemudian ada yang berkata, "Coba kamu semua menceritakan tentang shalat Rasulullah saw.." Abu Humaid berkata (dia menyebut sebagian dari hadits di atas dan menambahi), 
'Apabila Rasulullah saw. ruku', baginda meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lutut dan merenggangkan jari-jarinya. Kemudian beliau membungkukkan punggungnya dan tidak mendongakkan kepalanya, juga tidak mencondongkan pipinya ke arah sebelah.

Abu Humaid berkata, : 'Apabila baginda duduk dalam rakaat yang kedua, beliau duduk di atas perut kaki kirinya dan menegakkan yang kanan. Dalam rakaat yang keempat juga, beliau meletakkan paha kiri di atas tanah dan mengeluarkan keduanya ke arah yang sama."
Dalam riwayat yang lain dia menyebutkan, 'Apabila baginda bersujud, beliau meletakkan kedua tangannya tanpa iftirasy, dan juga tidak merapatkannya ke badan, dan ujung jarinya diarahkan ke kiblat.
Dalam satu riwayat lain Abu Humaid mengatakan, "Kemudian baginda mengangkat kepalanya (dari ruku'), lalu mengucapkan : (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَه رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ) dan beliau mengangkat kedua tangannya."
Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'I meriwayatkan sebuah hadits dari Rifa'ah bin Rafi' r.a., di mana Rasulullah saw. Mengajar seorang Arab Badui mengenai cara shalat, ketika beliau melihat badui itu shalat dengan cepat dan tergesa-gesa. Menurut Nabi Muhammad saw, "Sesungguhnya tidak sempurna shalat seorang manusia sehingga dia mengambil air wudhu, melakukan wudhu dengan benar kemudian dia bertakbir memuji Allah ('Azza wa jalla), kemudian membaca ayat Al-Qur'an yang ia mampu, kemudian membaca (الله أكبر), Ialu ruku' dalam keadaan sendi-sendinya tetap (lurus), kemudian bangkit (dari ruku'), dan membaca (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَه رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ) hingga dia berdiri tegak (tetap), dari membaca (الله أكبر).
Kemudian sujud hingga keadaan sendi-sendinya tetap, kemudian membaca (الله أكبر) aan mengangkat kepalanya hingga duduk dengan tegak. Kemudian membaca (الله أكبر), kemudian sujud hingga sendi-sendinya tetap, lalu bangkit lagi untuk yang kedua kalinya dengan disertai takbir.
jika dia melakukan yang demikian, maka sempurnalah shalatnya."

والله أعلمُ بالـصـواب

referensi : kitab fiqih islam wa adilatuhu jilid 1 karya : Prof Dr. Wahbah Az-Zuhaiili




Posting Komentar

0 Komentar