TINJAUAN HISTORIS PERADABAN ISLAM DI MASA DINASTI UMAYYAH DAN DINASTI ABBASIYAH | Nor Yuswita Sari & Siti Nur Azizah

Abstrak

Tulisan ini membahas perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah yang menjadi tonggak penting dalam sejarah kejayaan umat Islam. Dinasti Umayyah, yang memerintah dari tahun 661 hingga 750 M, dikenal dengan keberhasilannya dalam memperluas wilayah kekuasaan, membangun sistem pemerintahan yang terorganisir, serta memajukan bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sementara itu, Dinasti Abbasiyah yang menggantikan Umayyah, menandai masa keemasan Islam, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, militer, dan budaya. Berbagai kebijakan strategis seperti gerakan penerjemahan literatur asing, pendirian Baitul Hikmah, dan pengembangan lembaga pendidikan menjadikan dunia Islam sebagai pusat keilmuan global. Dalam tulisan ini menunjukkan bahwa keberhasilan dua dinasti tersebut tidak terlepas dari kepemimpinan yang visioner, kebijakan yang progresif, serta perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi mereka memberikan pengaruh besar terhadap penyebaran Islam dan kemajuan peradaban dunia.

Kata Kunci : Peradaban Islam, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah

A.    PENDAHULUAN

Salah satu komponen penting dalam evolusi Islam, yang secara signifikan memengaruhi penyebarannya secara global, termasuk di dalam nusantara, adalah sejarah peradaban Umayyah dan Abbasiyah. Setelah berakhirnya Khulafaur Rasyidin, muncullah Dinasti Umayyah yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750 M. Umayyah membangun sistem pemerintahan dan administrasi yang efisien selama masa pemerintahan mereka, dan mereka memperluas wilayah Islam hingga mencakup Spanyol di barat dan India di timur. Prestasi mereka dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi sangat penting dalam penyebaran Islam ke wilayah lain yang jauh dari pusat kekuasaan Damaskus

Namun sayangnya, dikarenakan sejumlah sebab seperti perebutan kekuasaan, konflik etnis, dan munculnya kekuatan baru yang mendapat dukungan lebih besar dari berbagai pihak lain yaitu dinasti Abbasiyah, menyebabkan dinasti Umayyah runtuh dengan sangat cepat. Sebagai akibat dari semua konflik dalam dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah tampil menggantikan kekuasaan Muslim. Masyarakat khususnya kaum Syiah, sangat peka terhadap pemberontakan otoritas Abbasiyah terhadap kekaisaran Umayyah. Jaminan dari dinasti Abbasiyah untuk memulihkan keadilan seperti yang dilakukan Khulafaurrasyidinlah yang menjadi alasan banyaknya dukungan terhadap dinasti Abbasyiah pada masa itu. 

Terlepas dari konflik yang terjadi, kedua dinasti ini berhasil menciptakan peradaban baru yang berdampak pada penyebaran Islam di dunia. Kata "peradaban Islam," atau "al-hadharah al-Islamiyah" dalam bahasa Arab, mengacu pada aspek-aspek budaya yang sangat dihargai, elegan, indah dan bernilai tinggi. Kemajuan maupun kemunduran peradaban pada suatu zaman, dapat ditentukan oleh manusia itu sendiri. Kehadiran seorang pemimpin memiliki dampak yang signifikan terhadap kemajuan peradaban di wilayah kekuasaannya. Melalui ide-ide cemerlang dan kebijakan-kebijakanlah peradaban dapat ternilai harganya dan menguntungkan bagi masyarakatnya maupun wilayah kekuasaannya. Maka dalam tulisan inilah penulis ingin membahas peradaban-peradaban yang dihasilkan dari bani Umayyah dan bani abbasiyah, guna menambah wawasan pembaca.

B.     METODE PENELITIAN

Tulisan ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research) sebagai teknik pengumpulan data. Data yang dikaji dalam tulisan ini diperoleh melalui penelaahan berbagai literatur, baik berupa jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku referensi, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang membahas secara khusus tentang peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Melalui pendekatan ini, penulis berupaya menyajikan uraian yang komprehensif dan mendalam mengenai perkembangan peradaban Islam pada kedua periode tersebut dengan merujuk pada berbagai kajian dan pendapat para ahli di bidangnya.

 

C.    PEMBAHASAN

1.      Peradaban Bani Umayyah

Konflik antara Ali dan Muawiyah di Shifin pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib menjadi latar belakang berdirinya Dinasti Umayyah. Tahkim mengakhiri konflik ini, tetapi tidak menyelesaikan masalah dan justru melahirkan tiga golongan politik, yaitu Muawiyah, Syiah, dan Khawarij. Salah seorang anggota Khawarij membunuh Ali pada tahun 660 M. Maka, sesuai dengan politik Islam, berakhirlah era Khulafaur Rasyidin dan dimulailah era Umayyah. Namun sayangnya, pemerintahan yang dulunya demokratis itu kini berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun) akibat dominasi Umayyah. 

2.     Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa dinasti ini. Dalam bidang administrasi misalnya, telah terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung tambuk pimpinan dinasti Umayyah. Banyak terjadi kebijaksanaan-kebijakan yang dilakukan pada masa ini, di antaranya, yaitu Melakukan pemisahan kekuasaan, Pembagian wilayah, Mendirikan Organisasi keuangan, Organisasi keteraturan, dan  Organisasi kehakiman;

Di samping melakukan ekspansi territorial, pemerintah dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu diantaranya, Ilmu agama,  Ilmu sejarah dan geografi,  Ilmu pengetahuan bidang bahasa, dan Bidang Filsafat.

Selain itu, Khalifah al-Walid juga mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para penderita kusta. Pada masa ini sudah ada jaminan untuk sosial bagi anak- anak yatim dan anak terlantar.

Demikian berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Adapun kekuasaan dinasti Umayyah mengalami kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah Walid bin Yazid karena terjadi peperangan yang dilakukan oleh bani Abbas yang terjadi pada tahun 132 H atau 750 M.

3.      Peradaban Bani Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah mengambil alih kekuasaan setelah jatuhnya monarki Umayyah. Abdullah Al-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas atau lebih dikenal dengan sebutan Abu Al-Abbas Al-Saffah, adalah pendiri dinasti Abbasiyah. Antara tahun 132 dan 656 H (750 dan 1258 M), Daulah Abbasiyah didirikan. The Golden Ageatau "zaman keemasan Islam" adalah sebutan lain untuk periode Daulah Abbasiyah ini. Umat Islam telah mencapai puncak kejayaannya dalam hal kekuasaan, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan peradaban pada masa itu.

Saat itu Islam sangat mendominasi dan menjadi pusat kiblat perkembangan pengetahuan. Masa keemasan ini terjadi saat periode pertama (750-847M) masa pengaruh Persia yang dipimpin oleh khlifah Abu Abbas al-Safah hingga khalifah al-Watsiq. Diantara kemajuan peradaban Islam yang gemilang, puncaknya tejadi pada masa kekhalifahan Harun al-Rasyid dan putranya yaitu Ma’mun. Aspek-spek yang mengalami kemajuan meliputi ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan budaya

4.     Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Abbasiyah

a.         Perkembangan dibidang Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah, sebenarnya tidak terlepas dari faktor perkembangan ilmu pengetahuan pada masa sebelumnya. Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan diantaranya :

·    Gerakan penerjemahan buku asing ke dalam Bahasa Arab khususnya bahasa Yunani dan Persia

·   Dibangunnya sebuah perpustakaan untuk mengembangkan ilmu penegetahuan bernama Baitul Hikmah

·         Didirikannya lembaga pendidikan dan kesusasteraan, seperti Baitul Hikmah

Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah  baik  ilmu Naqli yaitu ilmu yang bersumber dari Allah dan Rasul maupun ilmu Aqli yaitu ilmu yang bersumber dari akal, diantaranya : ilmu fiqih, ilmu hadits, ilmu tasawuf, ilmu tafsir, ilmu bahasa dan sastra, ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu astronomi, dan ilmu falak.

b.      Perkembangan di Bidang Ekonomi

Peningkatan kekayaan negara, didapatkan dari pembayaran pajak. Sistem pajak bumi atau tanah lebih dominan dilakukan. Adapun terdapat tiga macam sistem pajak bumi dan tanah yakni :

1)      Al-Muhasabah, yaitu pembayaran pajak berdasarkan jumlah kepemilikan tanah.

2)      Al-Muqasamah, yaitu pembayaran pajak berdasarkan hasil tanah yang didapatkan.

3)      Al-Muqatha’ah, yaitu pembayaran pajak berdasarkan setiap wilayah.

Selain itu, tempat penyimpanan uang  (Baitul al-mal) yang sebelumnya tidak berfungsi juga kembali difungsikan pada masa Harun al-Rasyid.

c.       Perkembangan di bidang politik dan militer

Dinasti Abbasiyah lebih cenderung terfokus pada pengembangan peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, dengan sistem pemerintahan mereka ini yaitu monarki atau turun menurun agar kekuasaannya berputar pada keluarga ini mencontoh konsep administrasi dan kekuasaan di Persia. Untuk pertahanan keamanan dan kemiliteran, Dinasti Abbasiyah membentuk Diwanul Jundi untuk mengkoordinasi segala sesuatu yang berkenaan dengan militer dan pertahanan. Alasan pembentukan departemen ini disebabkan banyaknya pemberontakan dan upaya memisahakan diri dari beberapa daerah di bawah kekuasaaan dinasti Abbasiyah

d.      Perkembangan di bidang Sosial dan Budaya

Sebagai bentuk kemajuan dibidang sosial dan budaya pada masa dinasti Abbasiyah adalah adanya proses asimilasi dan akulturasi masyarakat. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari seni bangunan maupun arsitekturnya, seperti pada bangunan masjid dan istana yaitu istana Qasrul Khuldi dan Qashrul Dzahabi. Adapun untuk bangunan masjid dapat disaksikan pada masjid Agung Samarra yang terletak di Kota Samarra.

 

D.    KESIMPULAN

Maka dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam yang berkembang pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah merupakan tonggak penting dalam sejarah kejayaan umat Islam. Dinasti Umayyah mencatatkan pencapaian besar dalam ekspansi wilayah, pembentukan sistem pemerintahan yang terstruktur, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Mereka berhasil membentuk administrasi yang solid dan mendirikan lembaga-lembaga penting yang mendukung kemajuan sosial, budaya, dan ilmiah.

Sementara itu, Dinasti Abbasiyah melanjutkan dan menyempurnakan capaian peradaban tersebut dengan menghadirkan masa keemasan Islam, khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Melalui berbagai kebijakan strategis seperti gerakan penerjemahan, pendirian Baitul Hikmah, dan lembaga pendidikan, Abbasiyah menjadikan dunia Islam sebagai pusat keilmuan dunia. Selain itu, kemajuan di bidang ekonomi, politik, militer, serta sosial budaya turut memperkuat posisi Islam sebagai peradaban global yang kaya dan berpengaruh.

Dengan demikian, kedua dinasti ini telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap perkembangan Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan peradaban yang mereka torehkan menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang visioner, stabilitas politik, dan perhatian terhadap ilmu pengetahuan mampu membawa umat pada kemajuan yang gemilang.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Aprianty, Sintia, ‘Refleksi Awal Terbentuknya Dinasti Abbasiyah’, Tanjak : Jurnal Sejarah Dan Peradaban Islam, 2.2 (2022), hal. 172

Maulidan, Aldi Cahya, Faishal Sahru Rhamadan, dan Devi Rahma, ‘Sejarah Peradaban Bani Umayyah Dan Pengaruhnya Terhadap Penyebaran Islam Di Nusantara’, 11.2 (2024), hal.160

Rahmadi, Fuji, ‘Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah Dan Kemajuannya)’, Al-Hadi, III.2 (2018), hal. 674–75

Salsabila, Rosanti, ‘Sejarah Dinasti Abbassiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern’, Alsys, 1.1 (2021), hal. 99, doi:10.58578/alsys.v1i1.22

Wangi, Dewita Sekar, dan Muhammad Mujab, ‘Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah (Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Politik, Ekonomi Dan Sosial Budaya)’, Tsaqofah Dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan Dan Sejarah Islam, 8.1 (2023), hal. 15–20, doi:10.29300/ttjksi.v8i1.6751

 

 


Posting Komentar

0 Komentar